JIKA AKU SEORANG
PEMIMPIN
A. PENDAHULUAN
Sesungguhnya teori manajemen itu ada sejak
para pelaku usaha berkecimpung memikirkan upaya terbaik dalam aktivitas
manajemen tertuang dalam sejarah perkembangan manajemen dalam kurun waktu
tertentu. Manajemen adalah praktik melaksanakan usaha terbaik sehingga dari
sejarah pemikiran manajemen kita dapat belajar dari kegagalan dan keberhasilan
orang-orang terdahulu yang menerapkan konsep manajemen berdasarkan pemikiran
pada kurun waktu tertentu dengan kasus tertentu pula.
Dalam
pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas
memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam
usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dipilih
manajemen sebagai aktivitas, bukan sebagai individu, agar konsisten dengan
istilah administrasi dengan administrator sebagai pelaksananya dan supervisi
dengan supervisor sebagai pelaksananya. Kepala sekolah bisa berperan sebagai administrator
dalam mengemban misi atasan, sebagai manajer dalam memadukan sumber-sumber pendidikan, dan
sebagai supervisor dalam membina guru-guru pada proses belajar mengajar.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam
makalah “Jika Aku Seorang Pemimpin” ini akan dibicarakan mengenai beberapa
permasalahan dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa saja teori manajemen itu?
2.
Apa yang dimaksud dengan leadership?
3.
Bagaimanakah peran guru sebagai manajer?
4.
Apa yang akan dilakukan “Jika Aku Menjadi
Seorang Pemimpin (Kepala Sekolah)?”
PEMBAHASAN
A. TEORI MANAJEMEN
Secara keilmuan, manajemen baru terumuskan
kurang lebih di abad 18 atau awal abad 19 Masehi. Diantara tokoh-tokoh yang
mula-mula memperkenalkan manajemen secara keilmuan adalah Robert Owen
(1771-1858) dan Charles Babbage (1972-1871). Owen seorang pembaru dan
indrustrialisasi dari Inggris adalah di antara tokoh pertama yang menyatakan
perlunya sumber daya manusia di dalam organisasi dan kesejahteraan pekerja.
Sedangkan Babbage seorang ahli matematika dari Inggris orang yang pertama kali
berbicara mengenai pentingnya efisiensi dalam proses produksi. Dia meyakini
akan perlunya pembagian kerja dan perlunya penggunaan matematika dalam
efisiensi penggunaan fasilitas dan material produksi (Ernie dan Saefullah: 2005).
Dengan demikian bisa dikatakan Robert Owen dan Charles
Babbage adalah pionir dalam ilmu manajemen.
Ilmu pengetahuan terdiri atas
seperangkat teori dalam bidang tertentu. Teori berfungsi untuk membaca
kenyataan empiris. Fakta empiris yang sama dapat diceritakan oleh beberapa
orang dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kacamata teori yang
digunakan. Tanpa teori, kita tidak akan dapat melihat peristiwa empiris,
sebaliknya tanpa berhadapan dengan peristiwa-peristiwa empiris, suatu teori
lumpuh.
Berikut ini adalah macam-macam teori
manajemen :
1.
Teori Manajemen Aliran Klasik
(1890-1930)
Menurut
Tim Dosen (2009) Frederick W Taylor, Henry L Gantt, Frank Bunker Gillberth dan
Lilian Gillberth adalah tokoh-tokoh dibalik teori manajemen ilimiah. Mereka
memikirkan suatu cara meningkatkan produktivitas dengan menangani kondisi
kekurangan tenaga terampil melalui efisiensi para pekerja.
Taylor
disebut sebagai “bapak manajemen ilmiah” dengan karyanya “scientific
management” yang telah memberikan prinsip-prinsip dasar penerapan pendekatan
ilmiah pada manajemen, dan mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk
mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar yang dikembangkan Taylor adalah:
1. Pengembangan
metode ilimah alam manajemen agar suatu perkejaan dapat ditentukan metode
pencapaian tujuannya secara maksimal.
2. Seleksi
ilmiah untuk karyawan agar para karyawan dapat diberika tugas dan tanggung
jawab sesuai keahlian.
3. Pendidikan
dan pengembangan karyawan.
4. Kerjasama
yang harmonis antara manajemen dan para karyawan.
Teknik yang digunakan untuk melaksanakan
prinsip tersebut adalah melalui studi gerak dan waktu (time and motion
studies), pengawasan fungsional, system tariff berbeda yaitu karyawan yang
lebih produktif dan efisien mendapatkna gaji lebih besar dari yang lainnya.
Kontribusi terbesar dari Gantt adalah dengan menghasilkan metode grafik sebagai
teknik scheduling produksi untu perencanaan, koordinasi dan pengawasan produksi
yang popular dengan sebutan “Bagan Gantt”.
2. Teori manajemen ilmiah (Scientific
Manajement, 1911) oleh Fredrick Winslow Taylor (Amerika); (Charles Babbage, On
the economy of machinery and manufactures, 1832)
Prinsipnya
pembagian kerja berdasarkan keterampilan (waktu dan tenaga dapat dihemat bila
prinsip pembagian kerja diterapkan dalam produksi), mempelajari kebiasaan kerja
pegawai dan menganalisisnya; seleksi pegawai secara ilmiah; kerjasama antara
pengawas dan pegawai; dan pembagian tanggung jawab antara manajemen dan pegawai
secara wajar.
Manajemen
ilmiah itu berhubungan dengan manajemen inisiatif dan insentif; penghematan
dalam mendidik pekerja yang magang; penghematan pemakaian material belajar; menghemat
waktu dan menghindari perpindahan tempat kerja; menghemat waktu dalam tukar
menukar alat kerja; keterampilan mengerjakan pekerjaan dengan sistem berulang; pembagian
tugas pekerjaan, mengganti pekerjaan tangan manusia dengan mesin.
Scientific
Management, memfokuskan unit analisisnya pada kegiatan pisik pekerjaan
(hubungan pegawai dan pekerjaannya/manusia dan alat/mesin). Tujuan utamanya
memperbaiki tugas pekerjaan rutin dan yang bersifat repetitive. Pendekatannya
bersifat empiris, induktif dan melakukan penelitian terperinci terhadap
pekerjaan untuk menentukan bagaimana yang paling efisien suatu pekerjaan harus
dilakukan. Sasaran utamanya adalah organisasi tingkat bawah (operasional/bengkel
kerja). Pandangannya bersifat mikro dan orientasinya botton up (dari tingkat
bawah organisasi ke tingkat atas).
3.
Teori Neoklasik
(Hugo Munstenberg, Chester I. Barnard,
Argyris, Elton Mayo dkk) dengan pendekatan : Teoritis dan Empiris
Human
relations movement (pendekatan hubungan kemanusiaan), setiap orang berbeda,
mempunyai keunikan tersendiri sesuai dengan keadaan, sikap, kepercayaan dan
motivasi hidup masing-masing. Dalam bekerja, manusia tidak mungkin terlepas
dari keunikan, tetapi akan mempengaruhi tindakan dan cara berfikir. Faktor yang
mendekatkan orang satu sama lain adalah faktor kesamaan (daerah, kegemaran,
profesi, kepercayaan dan ideologi). Keakraban hubungan akan terwujud dalam
bentuk organisasi informal yang selalu membayangi organisasi formal.
Elemen-elemennya yaitu, individu, kelompok kerja (organisasi informal), manajemen
partisipatif, tujuan dilaksanakan Human Relations kepuasan psikologis
pegawai, moral tinggi, disiplin tinggi, loyalitas tinggi, dan motivasi tinggi.
4.
Teori Modern (dikembangkan tahun 1950-an)
Karakteristik Teori Modern kadang-kadang
disebut analisis sistem organisasi; mempertimbangkan semua elemen organisasi; memandang
organisasi sebagai suatu system; penyesuaian diri agar organisasi itu dapat
bertahan lama dalam hidupnya; harus disesuaikan dengan perubahan lingkungannya;
organisasi dan lingkungannya harus dilihat sebagai sesuatu yang saling
ketergantungan.
Kontributor Teori Modern:
v Alfred Korzybski, 1933, General
Sementics (manusia hidup dalam tiga dunia yang berbeda, yaitu dunia peristiwa,
dunia objek dan dunia simbol, menitik beratkan masalah bahasa dan komunikasi,
topik: ringkasan, penyimpulan, kekakuan bahasa, lingkungan komunikasi, sifat
kata-kata, dan pentingnya tanggapan).
v Mary Parker Follet, 1920-an
(keseimbangan antara perhatian individu dan organisasi; mengerjakan sesuatu
sebagai jalan keluar dalam suatu semangat kerja sama; kesadaran cita-cita
sehingga setiap orang adalah bagian dari suatu kelompok; dan masyarakat;
dorongan individu diterima tanpa mengorbankan kepentingan organisasi).
v Chester I. Barnard, 1938 (organisasi
sebagai suatu sistem sosial yang dinamis; individu, organisasi, penyalur, dan
konsumen merupakan bagian dari lingkungan organisasi; aspek organisasi formal
dan informal),
v Norbert Wiener, 1948 (menemukan
sibernetika=orang=pengemudi, pengendalian sistem pada pengaruh arus balik
informasi; menunjang perkembangan komputer eletronik, penggunaan komputer dalam
proses pengawasan, suatu sistem terdiri atas input, proses, output, arus balik,
dan lingkungan).
v Ludwig Von Bertalanffy, (organisasi
sebagai masalah yang utama bagi seluruh kehidupan; kedinamikan, sistem,
interaksional multidimensional, multi level; suatu sistem dilihat sebagai suatu
kumpulan dari bagian-bagian yang saling berhubungan; suatu organisasi dalam
pandangan yang modern merupakan suatu sistem).
Sifat
teori modern yaitu memandang suatu organisasi sebagai suatu sistem yang terdiri
atas lima bagian pokok, yaitu: input, proses, output, arus balik, dan
lingkungan; kedinamisan, multi level dan multi dimensional; multi motivasi; multi
disipliner; despkriptif; multi variable; dan
adaptif (www.pasamankab.go.id).
5.
Pendekatan Kontingensi atau Pendekatan
Situasional (1950-sekarang)
Pendekatan kontingensi atau pendekatan
situasional adalah suatu aliran teori manajemen yang menekankan pada situasi
atau kondisi tertentu yang dihadapi. Tidak seluruh metode manajemen ilmiah
dapat diterapkan untuk seluruh situasi begitupun tidak selalu hubungan manusiawi
yang perlu ditekankan karena adakalanya pemecahan yang efektif melalui
pendekatan kauantitatif. Itu semua sangat tergantung pada karakteristik situasi
yang dihadapi dan tujuan yang ingin dicapai.
6. Teori
TQM
Total Quality Manajement merupakan
suatu pedekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya
saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungannya. Gerakan TQM di mulai dibidang industri di Amerika
Serikat antara pada tahun 1920 s/d 1940 dan di Jepang pada sekitar tahun 1950.
tokohnya antara lain Deming, Sheward, dan Juran yang menyatakan bahwa mulailah
dengan apa yang diinginkan pelanggan, selain organisasi juga memiliki standar
yang tinggi. Berdasarkan ide tersebut, Jepang mengembangkannya dan ternyata
berhasil. Keberhasilan ini dianggap suatu revolusi dalam bidang manajemen.
Organisasi yang bermutu adalah organisasi yang harus
dekat dengan pelanggan, memiliki obsesi mutu, memiliki birokrasi berdasarkan
aktivitas dan antusias anggota. Keberhasilan dalam menerapkan TQM (Jepang) juga
dapat dilihat dari faktor budaya kerja, sikap terhadap mutu, kompetisi untuk
menguasai pasar, dan mengembangkan sikap inovasi dan menumbuhkan motivasi
anggota/karyawan.
B. LEADERSHIP
Guna
menyikapi tantangan globalisasi, di beberapa negara telah berupaya untuk
melakukan revitalisasi pendidikan. Revitalisasi ini termasuk pula dalam hal
perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan, terutama dalam hal pola hubungan
atasan-bawahan, yang semula bersifat hierarkis-komando menuju ke arah kemitraan
bersama. Pada hubungan yang bersifat hierarkis-komando, seringkali menempatkan
bawahan sebagai objek tanpa daya. Pemaksaan kehendak dan pragmatis merupakan
sikap dan perilaku yang kerap kali mewarnai kepemimpinan komando-birokratik-hierarkis,
yang pada akhirnya hal ini berakibat terbelenggunya sikap inovatif dan kreatif
dari setiap bawahan. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, mereka cenderung
bersikap apriori dan bertindak hanya atas dasar perintah sang pemimpin semata.
Dengan kondisi demikian, pada akhirnya akan sulit dicapai kinerja yang unggul.
Dalam
hal ini, Larry Lashway (ERIC Digest, No. 96) mengetengahkan tentang Facilitative
Leadership. yang pada intinya merupakan kepemimpinan yang menitikberatkan
pada collaboration dan empowerment. Sementara itu, David
Conley and Paul Goldman (1994) mendefinisikan facilitative leadership sebagai :
“the behaviors that enhance the collective ability of a school to adapt,
solve problems, and improve performance.” Kata kuncinya terletak pada
collective. Artinya, keberhasilan pendidikan bukanlah merupakan hasil dan
ditentukan oleh karya perseorangan, namun justru merupakan karya dari team work
yang cerdas.
Dengan
model kepemimpinan demikian, diharapkan dapat mendorong seluruh bawahan dan
seluruh anggota organisasi dapat memberdayakan dirinya, dan membentuk rasa
tanggung atas tugas-tugas yang diembannya. Kepatuhan tidak lagi didasarkan pada
kontrol eksternal organisasi, namun justru berkembang dari hati sanubari yang
disertai dengan pertimbangan rasionalnya. Kepemimpinan fasilitatif merupakan
alternatif model kepemimpinan yang dibutuhkan guna menghadapi tantangan masa
depan abad ke-21, yang pada intinya model ini merujuk kepada upaya pemberdayaan
setiap komponen manusia yang terlibat dan bertanggung jawab dalam pendidikan.
Paul
M. Terry mengemukakan bahwa untuk dapat memberdayakan setiap individu dalam
tingkat persekolahan, kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi pemberdayaan (create an environment conducive to
empowerment), memperlihatkan idealisme pemberdayaan (demonstrates
empowerment ideals), penghargaan terhadap segala usaha pemberdayaan (encourages
all endeavors toward empowerment) dan penghargaan terhadap segala
keberhasilan pemberdayaan (applauds all empowerment successes).
Upaya
pemberdayaan bukanlah hal yang sederhana, melainkan di dalamnya membutuhkan
kerja keras dan kesungguhan dari pemimpin agar anggotanya tumbuh dan berkembang
menjadi individu yang berdaya. Jika saja seorang pemimpin sudah mampu
memberdayakan seluruh anggotanya maka di sana akan tumbuh dinamika organisasi
yang diwarnai dengan pemikiran kreatif dan inovatif dari setiap anggotanya.
Mereka dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya secara leluasa
tanpa hambatan sosio-psikologis yang membelenggunya. Semua akan bekerja dengan
disertai rasa tanggung jawab profesionalnya.
Seorang
kepala sekolah, di samping harus mampu melaksanakan proses manajemen, juga
dituntut untuk memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan
pendidikan. Kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan: (1) menjabarkan
sumber daya sekolah untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, (2)
kepala administrasi, (3) sebagai manajer perencanaan dan pemimpin pengajaran,
dan (4) mempunyai tugas untuk mengatur, mengorganisir dan memimpin seluruh
pelaksanaan tugas pendidikan di sekolah.
Akhmad
S (2008) mengemukakan tentang pemikiran Bogdan bahwa dalam perspektif
peningkatan mutu pendidikan terdapat empat kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin pendidikan, yaitu : (1) kemampuan mengorganisasikan dan
membantu staf di dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk
program yang lengkap; (2) kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan
pada diri sendiri dari guru-guru dan anggota staf sekolah lainnya; (3)
kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam mengajukan dan
melaksanakan program-program supervisi; dan (4) kemampuan untuk mendorong dan
membimbing guru-guru serta segenap staf sekolah lainnya agar mereka dengan
penuh kerelaan dan tanggung jawab berpartisipasi secara aktif pada setiap
usaha-usaha sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.
Hal
serupa dikemukakan oleh Kantz dalam Segiovanni bahwa dalam keseluruhan
mekanisme kerja manajemen sekolah sebagai proses sosial, mengemukan tiga jenis
keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh kepala sekolah, yaitu : (1)
keterampilan teknis, yakni keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan,
metode, dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu;
(2) keterampilan manusiawi yakni keterampilan yang menunjukkan kemampuan
seorang manajer di dalam bekerja dengan orang lain secara efektif dan efisien;
(3) keterampilan konseptual yakni keterampilan yang berkenaan dengan cara
kepala sekolah memandang sekolah, keterkaitan sekolah dengan struktur di
atasnya dan dengan pranata-pranata kemasyarakatan, serta program kerja sekolah
secara keseluruhan.
Dilain
pihak, Fred Luthans (1995) mengemukakan lima jenis keterampilan yang dibutuhkan
oleh seorang manajer, yang mencakup : (1) Cultural flexibility; (2) Communication
skills (3) Human Resources Development skills ; (4) Creativity
; dan (5) Self Management of learning.
Cultural
flexibility merupakan keterampilan yang merujuk kepada kesadaran dan
kepekaan budaya, di mana seorang manajer dituntut untuk dapat menghargai nilai
keberagaman kultur yang ada di dalam organisasinya. Communication skill
merupakan keterampilan manajer yang berkenaan dengan kemampuan untuk
berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun non verbal. Komunikasi
yang efektif akan sangat membantu terhadap keberhasilan organisasi secara
keseluruhan. Human Resources Development skills merupakan keterampilan
manajer yang berkenaan dengan pengembangan iklim pembelajaran (learning
climate), mendesain program pelatihan, pengembangan informasi dan
pengalaman kerja, penilaian kinerja, penyediaan konseling karier, menciptakan
perubahan organisasi, dan penyesuaian bahan-bahan pembelajaran. Creativity merupakan
keterampilan manajer yang tidak hanya berkenaan dengan pengembangan kreativitas
dirinya sendiri, akan tetapi juga keterampilan untuk menyediakan iklim yang
mendorong semua orang untuk menjadi kreatif. Self- management of learning
merupakan keterampilan manajer yang merujuk kepada kebutuhan akan belajar yang
berkesinambungan untuk mendapatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan baru.
Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha memperbaharui
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. (
Berdasarkan hasil studi yang telah
dilakukannya, Southern Regional Education Board (SREB) telah
mengidentifikasi 13 faktor kritis terkait dengan keberhasilan kepala sekolah
dalam mengembangkan prestasi belajar siswa. Ketigabelas faktor tersebut adalah:
- Menciptakan misi yang terfokus pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa, melalui praktik kurikulum dan pembelajaran yang memungkinkan terciptanya peningkatan prestasi belajar siswa.
- Ekspektasi yang tinggi bagi semua siswa dalam mempelajari bahan pelajaran pada level yang lebih tinggi.
- Menghargai dan mendorong implementasi praktik pembelajaran yang baik, sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
- Memahami bagaimana memimpin organisasi sekolah, dimana seluruh guru dan staf dapat memahami dan peduli terhadap siswanya.
- Memanfaatkan data untuk memprakarsai upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan praktik pendidikan di sekolah maupun di kelas secara terus menerus.
- Menjaga agar setiap orang dapat memfokuskan pada prestasi belajar siswa.
- Menjadikan para orang tua sebagai mitra dan membangun kolaborasi untuk kepentingan pendidikan siswa.
- Memahami proses perubahan dan memiliki kepemimpinan untuk dapat mengelola dan memfasilitasi perubahan tersebut secara efektif.
- Memahami bagaimana orang dewasa belajar (baca: guru dan staf) serta mengetahui bagaimana upaya meningkatkan perubahan yang bermakna sehingga terbentuk kualitas pengembangan profesi secara berkelanjutan untuk kepentingan siswa.
- Memanfaatkan dan mengelola waktu untuk mencapai tujuan dan sasaran peningkatan sekolah melalui cara-cara yang inovatif.
- Memperoleh dan memanfaatkan berbagai sumber daya secara bijak.
- Mencari dan memperoleh dukungan dari pemerintah, tokoh masyarakat dan orang tua untuk berbagai agenda peningkatan sekolah.
- Belajar secara terus menerus dan bekerja sama dengan rekan sejawat untuk mengembangkan riset baru dan berbagai praktik pendidikan yang telah terbukti. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/20/menjadi-kepala-sekolah-yang-efektif/)
C. GURU ADALAH SEORANG MANAJER
Peran
guru di sekolah tidak hanya sebagai tenaga pendidik, tetapi juga sebagai
motivator, informator, mediator, dan fasilitator. Guru lebih sering
berkomunikasi dan bertatap muka langsung dengan siswa sehingga guru lebih
mengetahui kemampuan siswanya. Dibandingkan orang tua, guru lebih tahu seberapa
jauh kemampuan anak didiknya dalam mengikuti pelajaran, karenanya guru tidak
hanya sebatas menjelaskan materi pelajaran yang diampunya tetapi juga harus
memotivasi anak didiknya agar tetap semangat belajar dan tidak mudah putus asa.
Komunikasi yang baik antara guru dan siswa pasti akan menjadikan suasana
belajar yang nyaman dan menyenangkan, sehingga semua siswa juga tidak akan
merasa bosan mengikuti pelajaran. Perhatian guru kepada siswa juga menjadi
semangat tersendiri bagi siswa untuk tetap rajin belajar.
Guru
adalah sebagai seorang manajer di dalam organisasi kelas. Sebagai seorang
manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisasi,
memimpin, dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya. Tujuan
profesional guru adalah melakukan kegiatan mengajar, dan selanjutnya murid
memberikan respon-respon yang disebut belajar. Interaksi kedua kegiatan ini
mencakup mengajar dan belajar di dalam kelas disebut proses pengajaran.
Peranan
guru sebagai manajer dalam proses pengajaran antara lain merencanakan: menyusun
tujuan pengajaran; mengorganisasikan: menghubungkan seluruh sumber daya
belajar-mengajar; memimpin: memberi motivasi para peserta didik; dan mengawasi:
apakah kegiatan itu mencapai tujuan.
Peran
guru sebagai manajer melakukan pembelajaran adalah proses mengarahkan anak
didik untuk melakukan kegiatan dalam rangka perubahan tingkah laku (kognitif,
afektif dan psikomotorik) menuju kedewasaan. Pembelajaran efektif hanya ada
pada sekolah yang efektif. Karena itu, inti kegiatan sekolah adalah kegiatan belajar
mengajar efektif, untuk melahirkan lulusan (outcome) yang memiliki kepribadian
yang baik. Sekolah yang efektif memiliki unsur utama yaitu kepemimpinan,
lingkungan sekolah, kurikulum, pengajaran di kelas, dan penilaian.
Muara
dari berfungsinya dengan baik pengelolaan pembelajaran adalah pembelajaran
efektif. Artinya dari posisi guru tercipta mengajar efektif dan dari segi murid
tercipta belajar efektif. Guru yang berhasil adalah mengajar murid bagaimana
memiliki informasi dalam pembicaraan dan membuatnya menjadi milik mereka.
Sedangkan pelajar efektif adalah membentuk informasi, gagasan dan kebijaksanaan
dari guru mereka dan mengunakan sumber daya belajar secara efektif. Di sini
peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan pembelajaran yang kuat atau
tangguh. Intinya, adalah proses pembelajaran dipahami sebagai penataan
lingkungan yang di dalamnya para pelajar dapat berinteraksi dan belajar
bagaimana cara belajar.
Dalam
penerapan metode ilmiah, penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan,
membuat hipotesis, memunculkan prediksi, menyaji hipotesis, memecahkan masalah,
mencari jawaban sendiri, menggunakan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan
refleksi, mengungkapkan pertanyaan dan mengekspresikan gagasan selama proses
pembentukan kontruksi pengetahuan yang baru.
Selain
mengajar dan mendidik siswanya, guru juga merupakan orang tua kedua di sekolah.
Guru diharapkan dapat membantu siswanya dalam menyelesaikan berbagai masalah
yang dialami siswanya. Cara yang konstruktif dalam membantu murid menyelesaikan masalahnya
misalnya dengan melakukan hal-hal berikut :
1.
Mendengar pasif (Diam). Hal ini merupakan pesan
nonverbal yang kuat yang membuat murid merasa diterima dengan tulus dan
mendorongnya mengungkapkan masalah dengan lebih dalam.
2. Respon
Pengakuan. Isyarat non verbal (mengangguk, mengerutkan dahi, tersenyum) dan
isyarat verbal (”Oh”, “Saya tahu”) memberitahu murid bahwa anda benar
mendengarkan dan menyatakan bahwa anda masih memperhatikan dan anda tertarik
(empati).
3.
Kunci Pembuka, Ajakan untuk Bicara. Hal ini memberikan
dorongan tambahan agar murid berbicara lebih banyak, lebih dalam atau bahkan
untuk mulai berbicara.
4.
Mendengar Aktif (Umpan Balik). Membuktikan bahwa pendengar mengerti.
Perlu diperhatikan bahwa apa yang dikatakan murid sering merupakan pesan yang
telah disandikan. Dengan mendengar aktif murid dan anda akan tahu bahwa pesan
yang disampaikan telah diterima dengan benar, dan tidak hanya merespon sandinya
saja.
Keberhasilan
guru dalam melaksanakan pembelajaran bukan ditentukan oleh satu faktor saja,
akan tetapi oleh berbagai faktor internal dan eksternal sekolah. Hubungan ini
ada tiga perlakuan yang harus dilakukan adalah membuat perencanaan yang baik, komunikasi
efektif / pesan yang disampaikan dipahami, dan mengusahakan dengan kesungguhan
dan pengharapan tinggi agar siswa memiliki prestasi tinggi.
Pembelajaran
akan memikat hati siswa apabila mereka diperintahkan sesuai hal berikut ini,
yaitu menyampaikan informasi dalam bahasa mereka (jelas), memberikan contoh
tentang hal-hal tersebut, memperkenalkannya dalam berbagai arahan dan keadaan, melihat
hubungan antara informasi dan fakta atau gagasan lainnya, membuat kegunaannya
dalam berbagai cara, memperhatikan beberapa konsekuensi informasi tersebut, dan
menyatakan perbedaan informasi itu dengan lainnya.
Pembelajaran
efektif ialah mengajar prinsip, prosedur dan desain sehingga tercapai tujuan
perubahan tingkah laku anak, sedangkan belajar aktif yang dilakukan siswa
adalah belajar yang melibatkan seluruh unsur fisik dan psychis untuk
mengoptimalkan pengembangan potensi anak. Karena itu, pembelajaran aktif yang
efektif adalah yang memenuhi multi tujuan, multi metode, multimedia/sumber dan
pengembangan diri anak.
1.
Pentingnya perencanaan dibuat oleh guru
Perencanaan
dapat mengurangi kecemasan ketidakpastian, memberikan pengalaman pembelajaran
bagi guru, membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu pada
murid, dan memberikan struktur dan arah
untuk pembelajaran. Selain dari itu, guru melakukan perencanaan pembelajaran
untuk menganalisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan, mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan / belajar, menulis tujuan belajar (merumuskan tujuan), memilih
strategi pembelajaran, perbaikan dan penyesuaian, pelaksanaan program, dan monitoring
program.
2.
Pengorganisasian
Pengorganisasian
dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan guru dalam mengatur dan
menggunakan dunia belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara yang
efektif dan efisien, yakni memilih alat taktik yang tepat (metode), memilih alat
bantu belajar atau audiovisual yang tepat, memilih besarya kelas (jumlah murid),
dan memilih strategi yang tepat. Pengelolaan kelas meliputi pengolahan yang
berkaitan dengan siswa dan berkaitan dengan fisik (ruangan, perabot).
3.
Kepemimpinan pengajaran
Peran
guru dalam pembelajaran adalah memperkokoh motivasi siswa dan memilih strategi
mengajar yang tepat. Motivasi adalah kebutuhan atau keinginan untuk melakukan
sesuatu dan meliputi kebutuhan psikologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri.
4.
Mengevaluasi pengajaran
Fungsi
Evaluasi adalah untuk diagnostik dan pengembangan, untuk seleksi jabatan dan
jurusan, untuk kenaikan kelas, dan untuk penempatan. Manfaat evaluasi
pengajaran yaitu mengukur kompetensi atau kapabilitas, menentukan tujuan mana
yang belum direalisasikan, merumuskan rangking siswa dalam hal prestasi, memberikan
informasi guru tentang cacah / strategi, dan merencanakan prosedur untuk
memperbaiki rencana pembelajaran; pengayaan dan remedial.
(http://yayang08.wordpress.com/).
Keempat
fungsi di atas harus dimiliki oleh seorang guru sebagai manajer di dalam kelas,
hal ini juga memberikan kemungkinan terhadap perbaikan menyeluruh, efektifitas
dan mutu pengalaman belajar murid. Hal inilah yang harus dikembangkan dalam
pribadi seorang guru. guru dituntut memiliki perencanaan yang matang sebelum
proses belajar mengajar dilaksanakan, mampu mengelola atau mengorganisasikan
kelas dengan baik agar tercipta suasana kondusif, mengawasi dan menjalankan tugas
sebagai pengajar secara professional dan mempunyai jiwa pemimpin dalam membawa
murid-muridnya menuju tercapainya tujuan dalam pendidikan yang diselenggarakan.
Guru
yang baik adalah guru yang dapat membawa murid-muridnya mencapai tujuan dalam
belajar, namun secara luas guru harus mempunyai sikap dan sifat untuk menjadi
seorang guru yang baik. sekurang-kurangnya ada 8 sikap dan sifat yang penting
bagi seorang guru, sifat ini sangat menentukan dalam berhasil tidaknya proses
belajar, kedelapan sikap dan sifat ini adalah adil, percaya dan suka kepada
murid-muridnya, sabar dan rela berkorban, memiliki pembawa (gezag) terhadap
anak-anak, bersikap baik terhadap guru-guru lainnya, bersikap baik terhadap
masyarakat, menguasai mata pelajaran, dan berpengetahuan luas.
Kedelapan
sikap di atas akan sangat membantu guru sebagai pengelola dan manajer dalam
kelas, untuk itu sikap dan sifat di atas perlu dimiliki guru untuk menjadi
seorang manajer dan pengelola yang handal di bidang pendidikan. Untuk itu ada
beberapa prinsip umum cerminan guru yang baik, di antaranya guru yang baik
memahami dan menghormati murid-muridnya; harus menghormati bahan pelajaran yang
diberikannya; menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran; menyesuaikan
bahan pelajaran dengan kesanggupan individu; mengaktifkan murid dalam hal
belajar; memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka; mampu
menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid; mempunyai tujuan pada tiap
pelajaran yang diberikan; jangan terikat satu buku pelajaran (text book); dan tidak
hanya mengajar saja namun senantiasa mengembangkan pribadi anak.
Inilah
tugas berat seorang guru karena pendidikan tidak hanya membentuk
intelektualitas saja namun lebih dari itu. Pengetahuan harus dikendalikan oleh
norma-norma etis, terlebih dalam era modern ini. Mengajar adalah tugas manusia
yang paling agung, kebudayaan merupakan perlombaan antara pendidikan dengan
malapetaka, tanpa norma-norma manusia akan hancur oleh keunggulannya, di
sinilah guru mengambil perannya sebagai pendidik dalam mendidik bangsa dan
negara.
D. JIKA AKU SEORANG PEMIMPIN (KEPALA
SEKOLAH)
Menurut Slamet L (2009) pemimpin
pendidikan perlu memiliki integrasi ketrampilan teknis, pedagogis, professional
dan manajerial, sebagaimana Hughes (1988) uraikan sebagai ’professional-as-administrator’
yang mencakup dualitas peran sebagai pimpinan eksekutif (chief
executive) dan memimpin secara profesional (leading professional),
dalam aspek internal maupun eksternal. Dari beberapa hasil riset,
diidentifikasi bahwa kombinasi kepemimpinan kepala sekolah yang profesional,
harapan tinggi (partisipasi) warga sekolah, dan budaya sekolah yang positif
merupakan faktor penentu efektivitas sekolah.
Menurut Duignan & Macpherson
efektivitas sekolah menekankan pentingnya apa yang terjadi di dalam kelas dan
kepemimpinan pendidikan yang menyediakan suatu kultur di dalam proses belajar
mengajar, oleh karenanya, pemimpin pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menciptakan
kultur organisasi yang mempertinggi pengembangan dan pertumbuhan organisasi (Bush
& Coleman, 2000). Kualitas yang diidentifikasi oleh Duignan dan Macpherson
pada pemimpin pendidikan (educative leader), serupa dengan pemimpin
transformational, yang menekankan pada pemimpin yang mendorong dan memberdayakan
tanggung jawab bawahan dengan:
- Menciptakan peluang untuk peserta (partisipan) dalam proses perubahan untuk merefleksikan praktek mereka dan mengembangkan pemahaman pribadi menyangkut implikasi dan perubahan diri mereka;
- Mendorong mereka yang terlibat dalam implementasi suatu peningkatan untuk membentuk kelompok sosial dan menyediakan dukungan timbal balik sepanjang proses perubahan;
- Menyediakan peluang umpan balik positif untuk semua yang terlibat dalam perubahan;
- Sensitip pada hasil pengembangan proses dan menyediakan kondisi-kondisi penting bagi umpan balik dan tindak lanjut sehingga yang terlibat memiliki kesempatan mendiskusikan dan memikirkan kembali gagasan dan praktek mereka.
Fiedler (1997) mencatat implikasi di
atas untuk kepemimpinan pengajaran mencakup: 1) Mengelola pengajaran dan kurikulum;
2) Pengawasan pengajaran; 3) Monitoring kemajuan siswa; dan 4) Menyediakan
iklim mengajar yang mengajar.
Secara garis besar pemimpin pendidikan
memiliki tiga peran utama: bidang kepemimpinan, managerial, dan
kurikulum-pengajaran. Peran kepemimpinan kepala sekolah adalah kepala sekolah
merupakan kunci dalam membentuk kultur sekolah. Kepala sekolah harus dapat
membentuk budaya positif, di mana staf berbagi pengertian, dan memiliki
dedikasi untuk peningkatan sekolah dan pengajaran. Kepala sekolah harus dapat
menjalin hubungan dengan kelompok, internal dan eksternal sekolah, seperti (1)
pengawas dan pengelola pendidikan pusat, (2) dewan sekolah, (3) teman sejawat,
(4) orang tua, (5) masyarakat sekitar, (6) guru, (7) siswa, dan (8) kelompok eksternal
seperti profesor, konsultan, badan akreditasi, dan sebagainya. Kepala sekolah yang
efektif perlu untuk percaya pada kemampuan diri dan mampu mensinergikan persepsi,
harapan, maupun kemampuan berbagai kelompok tersebut dapat memberi dukungan
terhadap kemajuan sekolah.
Peran manajerial kepala sekolah merupakan
aspek utama kepemimpinan sekolah. Ketrampilan manajemen dibagi dalam tiga area
utama: (1) teknis (technical), mencakup teknik proses manajemen
(perencanaan, pengaturan, koordinasi, pengawasan, dan pengendalian), (2)
manusia (human), ketrampilan hubungan antar manusia, memotivasi dan
membangun moral, (3) konseptual (conceptual), menekankan pengetahuan dan
teknis terkait jasa (atau produk) tentang organisasi. Kepala sekolah harus
"memimpin dari pusat" (lead from the centre): demokratis,
mendelegasikan tanggung-jawab, memberi kuasa dalam pengambilan keputusan, dan
mengembangkan usaha kolaboratif yang mengikat siswa, guru, dan orang tua.
Bidang kurikulum-pengajaran hendaknya
menjadi prioritas kerja utama kepala sekolah sehingga dapat meningkatan mutu
pendidikan di sekolahnya. Murphy mengembangkan enam peran kepala sekolah
dibidang kurikulum dan pengajaran, yaitu: (1) menjamin kualitas pengajaran, (2)
mengawasi dan mengevaluasi pengajaran, (3) mengalokasi dan melindungi waktu pengajaran,
(4) mengkoordinir kurikulum, (5) memastikan isi matapelajaran tersampaikan, dan
(6) monitoring kemajuan siswa. Menurut Murphy, enam peran tersebut
menggambarkan suatu contoh kepala sekolah efektif.
Untuk
menghadapi tantangan dan permasalahan pendidikan nasional yang amat berat saat
ini, pendidikan harus dipegang oleh para manajer dan pemimpin yang sanggup
menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang ada, baik pada level makro
maupun mikro di sekolah. Jika saya seorang pemimpin, saya akan memimpin sesuai
profil manajer dan pemimpin yang dibutuhkan saat ini yaitu :
1. Mampu menginspirasi
melalui antusiasme yang menular.
Manajer (pemimpin)
pendidikan harus dapat menunjukkan semangat dan kesungguhan di dalam
melaksanakan segenap tugas dan pekerjaanya, kemudian ditularkan kepada semua
orang dalam organisasi, sehingga mereka pun dapat bekerja dengan penuh semangat
dan besungguh-sungguh.
2. Memiliki standar etika dan
integritas yang tinggi.
Pendidikan adalah
usaha untuk menciptakan manusia-manusia yang memiliki standar etika dan
kejujuran yang tinggi. Oleh karena itu, pendidikan sudah seharusnya dipegang
oleh para manajer (pemimpin) yang memiliki standar etika dan kejujuran yang
tinggi, sehingga pada gilirannya semua orang dalam organisasi dapat memiliki
standar etika dan kejujuran yang tinggi.
3. Memiliki tingkat energi
yang tinggi.
Kegagalan pendidikan
adalah kegagalan kelanjutan suatu generasi. Untuk mengurusi pendidikan
dibutuhkan energi dan motivasi yang tinggi dari para manajer dan pemimpin
pendidikan. Pendidikan membutuhkan manajer (pemimpin) yang memiliki ketabahan,
daya tahan (endurance) dan pengorbanan yang tinggi dalam mengelola
pendidikan.
4. Memiliki keberanian dan
komitmen
Pendidikan
dihadapkan pada lingkungan yang selalu berubah-ubah, yang menuntut keberanian
dari para pemimpin pendidikan untuk melakukan perubahan agar bisa beradaptasi
dengan tuntutan perubahan yang ada, dan memiliki komitmen tinggi terhadap
pekerjaannya. Kehadirannya sebagai manajer (pemimpin) benar-benar dapat memberikan
kontribusi yang signifikan bagi kemajuan organisasi, yang didasari rasa
kecintaannya terhadap pendidikan.
5. Memiliki tingkat
kreativitas yang tinggi dan bersikap nonkonvensional.
Pemimpin pendidikan
yang memiliki kreativitas tinggi akan mendorong terjadinya berbagai inovasi
dalam praktik-praktik pendidikan, baik pada tataran manjerialnya itu sendiri
maupun inovasi dalam praktik pembelajaran siswa.
6. Berorientasi pada tujuan,
namun realistis
Pemimpin pendidikan harus
memahami tujuan-tujuan pendidikan, segenap usaha organisasi harus diarahkan
pada pencapaian tujuan pendidikan yang disusun secara realistis, dengan
ekspektasi yang terjangkau oleh organisasi, tidak terlalu rendah dan juga tidak
terlalu tinggi.
7. Memiliki kemampuan
organisasi yang tinggi
Kegiatan pendidikan
adalah kegiatan yang melibatkan banyak komponen, yang di dalamnya membutuhkan
upaya pengorganisasian secara tepat dan memadai. Dalam mengoptimalkan sumber
daya manusia yang ada, kurikulum dan pembelajaran, sumber dana, dan lingkungan harus
diorganisasikan sedemikian rupa.
8. Mampu menyusun prioritas
Kemampuan manajer
(pemimpin) pendidikan dalam menyusun prioritas akan terkait dengan efektivitas
dan efisiensi pendidikan.
9. Mendorong kerja sama tim
dan tidak mementingkan diri sendiri, upaya yang terorganisasi.
Manajer (pemimpin)
pendidikan harus dapat bekerjasama dengan berbagai pihak, baik yang berada
dalam lingkungan internal maupun eksternal. Demikian pula, manajer (pemimpin)
pendidikan harus dapat mendorong para bawahannya agar dapat bekerjasama dengan
membentuk team work
yang kompak dan cerdas, sekaligus dapat meletakkan kepentingan organisasi
di atas kepentingan pribadi.
10. Memiliki kepercayaan diri
dan memiliki minat tinggi akan pengetahuan.
Masalah dan
tantangan pendidikan yang tidak sederhana, menuntut para manajer (pemimpin)
pendidikan dapat memiliki keyakinan diri yang kuat, memiliki keyakinan bahwa
apa yang dilakukannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, sosial, moral
maupun intelektual serta harus memiliki minat yang tinggi akan pengetahuan,
baik pengetahuan tentang manajerial, perkembangan pendidikan bahkan pengetahuan
umum lainnya.
11. Sesuai dan waspada secara
mental maupun fisik.
Tugas dan pekerjaan
manajerial pendidikan yang kompleks membutuhkan kesiapan dan ketangguhan secara
mental maupun fisik dari para manajer pendidikan. Manajer (pemimpin) pendidikan
harus dapat menjaga dan memelihara kesehatan fisik dan mentalnya secara prima
dan memperhatikan kesehatan mental dan fisik dari seluruh anggota dalam
organisasinya.
12. Bersikap adil dan
menghargai orang lain.
Dalam organisasi
pendidikan melibatkan banyak orang yang beragam karakteristiknya, dalam
kepribadian, keyakinan, cara pandang, pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan
sebagainya. Kesemuanya itu harus dapat diperlakukan dan ditempatkan secara
proporsional oleh manajer (pemimpin).
13. Menghargai kreativitas
Pemikiran
kreatif biasanya berbeda dengan cara-cara berfikir pada umumnya. Dalam hal ini,
manajer (pemimpin) pendidikan harus dapat mengakomodasi pemikiran-pemikiran
kreatif dari setiap orang dalam organisasi, yang mungkin saja
pemikiran-pemikiran itu berbeda dengan sudut pandang yang dimilikinya.
14. Menikmati pengambilan
resiko.
Manajer (pemimpin)
pendidikan harus tetap menunjukkan ketenangan, keyakinan dan berusaha
mengendalikan resiko-resiko yang muncul. Jika memang harus berhadapan dengan
sebuah kegagalan, manajer (pemimpin) pendidikan harus tetap dapat menunjukkan
tanggung jawabnya, tanpa harus mencari kambing hitam dari kegagalan tersebut.
15. Menyusun pertumbuhan
jangka panjang
Kegiatan pendidikan
bukanlah kegiatan sesaat, tetapi memiliki dimensi waktu yang jauh ke depan.
Seorang manajer (pemimpin) pendidikan memang dituntut untuk membuktikan
hasil-hasil kerja yang telah dicapai pada masa kepemimpinannya, tetapi juga
harus dapat memberikan landasan yang kokoh bagi perkembangan organisasi, jauh
ke depan setelah dia menyelesaikan masa jabatannya.
16. Terbuka terhadap tantangan
dan pertanyaan.
Menjadi manajer
(pemimpin) pendidikan berarti dia akan dihadapkan pada sejumlah tantangan dan
permasalahan yang harus dihadapi, merentang dari yang sifatnya ringan hingga
sangat berat sekali. Semua itu bukan untuk dihindari atau ditunda-tunda tetapi
untuk diselesaikan secara tuntas.
17. Tidak takut untuk
menantang dan mempertanyakan.
Selain harus mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang sudah ada (current problems) secara
tuntas, seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus memiliki keberanian untuk
memunculkan tantangan dan permasalahan baru, yang mencerminkan inovasi dalam
organisasi untuk kemajuan organisasi.
18. Mendorong pemahaman yang
mendalam untuk banyak orang.
Kegiatan pendidikan
menuntut setiap orang dalam organisasi dapat memahami tujuan, isi dan strategi
yang hendak dikembangkan dalam organisasi. Manajer (pemimpin) pendidikan
berkewajiban memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi dapat memahaminya
secara jelas, sehingga setiap orang dapat memamahi peran, tanggung jawab dan
kontribusinya masing-masing dalam organisasi.
19. Terbuka terhadap ide-ide
dan pandangan baru.
Pendidikan harus
banyak melahirkan berbagai inovasi yang tidak hanya dibutuhkan untuk
kepentingan pendidikan itu sendiri tetapi juga kepentingan di luar pendidikan.
Untuk dapat melahirkan inovasi, manajer (pemimpin) pendidikan harus terbuka
dengan ide-ide dan pandangan baru, baik yang datang dari internal maupun
eksternal, terutama ide dan pandangan yang bersumber dari para pengguna jasa (customer)
pendidikan.
20. Mengakui kesalahan dan
beradaptasi untuk berubah.
Jika melakukan suatu
kesalahan, seorang manajer (pemimpin) pendidikan harus memiliki keberanian
untuk mengakui kesalahannya tanpa harus mengorbankan pihak lain atau mencari
kambing hitam. Lakukan evaluasi dan perbaikilah kesalahan pada masa-masa yang
akan datang.
PENUTUP
Seorang guru berperan dalam menentukan keberhasilan
belajar siswa siswanya. Melihat betapa penting dan vitalnya peran seorang guru
maka guru dituntut profesionalitasnya. Profesionalisme guru merupakan
keharusan. Ini mencakup segala aspek dan yang harus dipahami bahwa guru
merupakan manajer di dalam kelas, berhasil tidaknya situasi belajar di kelas
sangat dipengaruhi oleh manajer yang baik dalam mengelola kelas. Guru sebagai
manajer kelas mempunyai fungsi pokok yang harus dijalankan, fungsi tersebut
yakni fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengawasan dan fungsi
kepemimpinan. Apabila keempat fungsi ini dapat dijalankan dengan baik maka
setidaknya sudah setengah keberhasilan diperoleh guru dalam mengajar. oleh
karena itu sebagai guru yang baik harus dapat menjalankan keempat fungsi di
atas sebagai manajer di kelas.
Pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang mampu menginspirasi melalui antusiasme yang menular, memiliki standar etika dan
integritas yang tinggi, memiliki tingkat energi yang tinggi, memiliki
keberanian dan komitmen, memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan
bersikap, berorientasi pada tujuan,
namun realistis, memiliki kemampuan organisasi yang tinggi, mampu menyusun
prioritas, mendorong kerja sama tim dan tidak mementingkan diri sendiri, upaya
yang terorganisasi, memiliki kepercayaan diri dan memiliki minat tinggi akan
pengetahuan, sesuai dan waspada secara mental maupun fisik, bersikap adil dan
menghargai orang lain, menghargai kreativitas, menikmati pengambilan
resiko, menyusun pertumbuhan jangka panjang, terbuka terhadap tantangan
dan pertanyaan, tidak takut untuk menantang dan mempertanyakan, mendorong
pemahaman yang mendalam untuk banyak orang, terbuka terhadap ide-ide dan
pandangan baru, dan mengakui kesalahan dan beradaptasi untuk berubah.
DAFTAR PUSTAKA
--------------- 2010.
Profil Manajer
dan Pemimpin Pendidikan yang Dibutuhkan Saat Ini. Diakses dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/28/20-profil-manajer-dan-pemimpin-pendidikan-yang-dibutuhkan-saat-ini/
Ira Damayanti. 2009. Peranan Guru Sebagai Manajer. Diakses
dari http://yayang08.wordpress.com/
Najm el Habeb. 2010. Guru Manajer Dalam Pengajaran. Diakses
dari http://ktp09003.wordpress.com/2010/04/09/guru-manajer-dalam-pengajaran/
Slamet Lestari. 2009. Perspektif
Kepemimpinan Pendidikan Untuk Sekolah Efektif. Tanpa kota:IKIP