BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat di era globalisasi ini, terasa sekali bahwa
kegiatan membaca boleh dikatakan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia.
Berbagai macam informasi disampaikan di media cetak maupun elektronik. Disisi
lain, keterbatasan manusia dalam
memahami informasi dalam proses membaca terkadang menemui kendala. Kendala itu
terjadi akibat kurangnya keterampilan memahami bacaan. Padahal kegiatan membaca
untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
mutlak diperlukan. Namun, kebanyakan orang tidak suka membaca, mereka lebih
suka mendengar informasi melalui kegiatan menyimak atau mendengarkan. Padahal
tidak semua informasi dapat diperoleh dengan kegiatan tersebut.
Dalam pembelajaran di Sekolah Dasar, kegiatan
membaca tidak bisa lepas begitu saja walaupun sekarang telah diupayakan
berbagai macam model pembelajaran. Karena dengan membaca segala macam
pengetahuan dapat diperoleh. Itu mengapa, kegiatan membaca dikatakan sangat
penting. Kegiatan membaca juga tidak identik dengan pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam mata pelajaran lainpun ada kegiatan membaca, walaupun dalam
pembelajarannya seorang guru telah membuat konsep lain atau dapat membuat
siswanya memahami materi tersebut. Namun, setidaknya dalam memaparkan konsep
ataupun untuk menarik kesimpulan pasti didasarkan pada bukti yang diperoleh
dari kegiatan membaca.
Hal yang sering terjadi pada siswa Sekolah Dasar,
jangankan untuk membaca, melihat bukunya saja siswa sudah merasa bahwa itu
sebuah beban yang sangat berat. Mengapa hal itu bisa terjadi ?
Menumbuhkan minat membaca pada anak seharusnya
ditanamkan mulai usia dini. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan membaca pada usia dini adalah kesediaan orang tua untuk
menyediakan serta menciptakan suasana yang kondusif dirumah bagi perkembangan
kemampuan membaca melalui penyediaan bacaan. Selain itu, perlu adanya pemberian
contoh dari orang tua itu sendiri. Mereka yang tidak suka membaca, orang tuanya
kebanyakan tidak suka membaca, jarang atau bahkan tidak pernah dibacakan
dongeng saat kanak – kanak, atau tidak tersedianya buku di rumah. Padahal
dengan kegiatan tersebut, anak menjadi lebih termotivasi untuk membaca.
Lalu bagaimana apabila anak sudah masuk ke sekolah,
akankah itu hanya menjadi tugas guru? Untuk menumbuhkan minat anak untuk
membaca perlu adanya kerjasama antara orang tua dan guru, karena keberhasilan
anak itu perlua adanya dukungan dari berbagai pihak. Setiap orang senang
bercerita, bahkan dimanapun tempatnya dan kapanpun kita selalu melihat orang
bercerita (berbicara) dengan orang lain. Karena kompleknya pembicaraan atau hal
yang diceritakan terkadang mereka sampai betah berlama – lama berbicara,
Bahkan, khusus
mengenai cerita, sampai dewasapun masih tetap menggemarinya. Obrolan kita juga akan semakin ‘renyah’ bila kita saling
bercerita dengan penuh semangat. Cerita memang ‘gurih’. Semua orang tak pandang
usia, menyukainya. Bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh
kepada jiwa manusia. Metode ini sangat efektif untuk mempengaruhi jiwa
anak-anak. Mengapa metode cerita ini efektif ?
Jawabannya
tidak sulit. Pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat
murni, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori
manusia. Cerita-cerita yang kita dengar dimasa kecil masih bisa kita ingat
secara utuh selama berpuluh-puluh tahun kemudian. Kedua, melalui cerita manusia diajar untuk mengambil hikmah tanpa merasa digurui.
Memang harus diakui, sering kali hati kita tidak merasa nyaman bila harus
diceramahi dengan segerobak nasehat yang berkepanjangan.
Dengan
dasar itulah, penulis mengambil bercerita sebagai alat untuk menumbuhkan minat
baca. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana menumbuhkan
minat membaca melalui bercerita.
Minat dapat diartikan sebagai ketertarikan siswa
terhadap suatu kegiatan. Membaca adalah keterampilan memahami tulisan dan
perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman. Sedangkan
bercerita merupakan penuturan sesuatu cerita.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan minat ?
2. Faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi minat seseorang ?
3. Bagaimana
kondisi minat membaca saat ini ?
4. Apa
saja manfaat cerita ?
5. Upaya
apa yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat baca anak ?
6. Bagaimana
teknik menumbuhkan minat baca melalui kegiatan bercerita ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MINAT
1.
Pengertian
Minat
Disini akan
diutarakan berbagai macam pengertian minat. Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1984,
650) “ minat adalah perhatian; kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu;
keinginan “.
Sutjipto
(2009) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek,
orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya.
Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. (www.depdiknas.go.id/Jurnal/45/sutjipto.htm)
Selanjutnya
Ginting (2009) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang
mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh
lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih
sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang.
(http:// mathedu.unila.blogspot.com)
Pintrich dan Schunk (2009) membagi definisi minat secara umum
menjadi tiga, yaitu:
a. Minat pribadi, diartikan sebagai karakteristik kepribadian
seseorang yang relatif stabil, yang cenderung menetap pada diri seseorang.
Minat pribadi membawa seseorang pada beberapa aktifitas yang spesifik, dapat dilihat ketika seseorang menjadikan
sebuah aktivitas sebagai pilihan, sehingga menimbulkan kesenangan pribadi serta
memiliki arti penting baginya.
b. Minat situasi merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan
oleh kondisi lingkungan.
c. Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi
seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Minat pada definisi ini tidak
hanya karena seseorang lebih menyukai sebuah aktivitas, tetapi karena aktivitas
tersebut memiliki nilai yang tinggi dan mengetahui lebih banyak mengenai
aktivitas tersebut. (http:// mathedu.unila.blogspot.com)
Dari beberapa definisi minat di atas dapat ditarik kesimpulan
mengenai minat, bahwa minat merupakan kecenderungan hati, kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah,
atau situasi yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang
sebagian besar dibangkitkan oleh kondisi lingkungan.
2.
Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat itu ada yang bersifat spontan dan ada yang berpola. Minat
yang bersifat spontan adalah minat yang tumbuh secara spontan tanpa dipengaruhi
(disengaja / langsung) dari pihak luar. Sedangkan minat yang berpola yaitu
minat yang timbul akibat adanya pengaruh dan kegiatan yang berpola dalam
kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah maupun luar sekolah.
Minat seseorang dapat dipengaruhi oleh adanya beberapa factor ;
a. Faktor Intern ( faktor dari diri sendiri )
Minat itu akan tumbuh
dengan sendirinya tergantung dari diri sendiri, tanpa adanya pengaruh dari
pihak luar.
b. Faktor Ekstern ( faktor lingkungan )
Lingkungan berpengaruh
sekali terhadap minat seseorang. Baik buruknya kondisi lingkungan akan berdampak
pada perkembangan minat seseorang.
B.
MEMBACA
1.
Pengertian Membaca
Menurut Sandjaja (2005) “ membaca adalah proses untuk mengenal
kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga hasil
akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.
“ (www.unika.ac.id.02/05/05)
Sedangkan
Tampubolon (2009) menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik dan
mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi
proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian-bagian
tubuh khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental karena
bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan, terlibat didalamnya. Dari
definisi ini, kiranya dapat dilihat bahwa menemukan makna dari bacaan (tulisan)
adalah tujuan utama membaca, dan bukan mengenali huruf-huruf. (http://
mathedu.unila.blogspot.com)
Proses
membaca menurut Burn, Roe dan Ross (2009) merupakan proses penerimaan simbol oleh
sensori, kemudian menginterpretasikan simbol, atau kata yang dilihat atau
mempersepsikan, mengikuti logika dan pola tata bahasa dari kata-kata yang
ditulis penulis, mengenali hubungan antara simbol dan suara antara kata-kata
dan apa yang ingin ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali kepada
pengalaman langsung untuk memberikan kata-kata yang bermakna dan mengingat apa
yang mereka pelajari dimasa lalu dan menggabungkan ide baru dan fakta serta
menyetujui minat individu dan sikap yang merasakan tugas membaca. (http://
mathedu.unila.blogspot.com)
Berbagai definisi membaca telah dipaparkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan
makna dari tulisan dengan proses penerimaan simbol oleh sensori, kemudian
menginterpretasikannya sehingga mampu membuat intisari dari bacaan.
2.
Pengertian Minat Membaca
Kegiatan
membaca, baik itu membaca berbagai media seperti koran, buku, majalah maupun
novel ditentukan ada atau tidaknya minat terhadap kegiatan tersebut.
Artinya seseorang tidak akan membaca jika dia merasa tidak suka
atau tidak mendapatkan manfaat dari membaca. Sehingga bisa dikatakan
bahwa minat adalah motivator yang kuat untuk melakukan suatu kegiatan.
Aspek
minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa
konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat dari obyek
tersebut. Sedangkan aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan
kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.
Menurut Lilawati dalam
I Gede Edy Purwaka (2006) minat membaca anak adalah suatu perhatian yang kuat
dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga
mengarahkan anak untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca
meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca
dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. Sedangkan Sinambela dalam
I Gede Edy Purwaka (2006) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan
adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik
terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca,
frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca. ( http://moblib.blogsome.com)
Berdasar
pendapat - pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat membaca adalah
kekuatan yang mendorong seseorang untuk memperhatikan, merasa tertarik
dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas
membaca dengan kemauan sendiri.
3.
Kondisi Minat Membaca Saat ini
Saat
ini, budaya baca masyarakat kita masih sangat rendah. Rendahnya budaya baca dan
tulis ini, disebabkan karena masih tingginya budaya lisan. Dongeng yang
diceritakan oleh orang tua kita biasanya warisan turun menurun dapat mengalami
penambahan atau pengurangan isi. Akibatnya kita tidak tahu persis mana yang
benar dan mana yang kurang benar. Di dalam kehidupan sehari-hari, banyak
kegiatan masyarakat yang tidak di dokumentasi dengan tulisan dengan baik.
a. Membaca vs Melihat Televisi
Apa yang ditampilkan
televisi bagi sebagian orang lebih menarik untuk disimak, dibandingkan dengan
yang ada di koran atau majalah. Budaya baca tulis belum sepenuhnya
menjadi kebudayaan masyarakat.
b.
Membaca vs Budaya dengar
Masyarakat
dalam memandang akar suatu permasalahan terkadang sering bias. Ini akibat tidak
dikuasainya ilmu pengetahuan untuk menganalis suatu masalah. Kebiasaan
untuk mendengarkan, terkadang lebih dominan daripada mencoba
mengecek kepada sumber aslinya.
c.
Membaca vs Pandangan Budaya
Banyak
yang beranggapan bahwa orang yang sedang membaca adalah orang yang malas
melakukan sesuatu. Ada pula yang berpandangan bahwa, kegiatan
membaca itu hanya cocok dikerjakan kalangan menengah ke atas, yaitu mereka yang
memiliki banyak waktu senggang. Pendapat itu ada benarnya, karena jika kita
bisa melihat pada bukti sejarah, banyak kitab-kitab yang ditulis oleh
bangsawan kraton yang memiliki kedudukan terhormat, bukan rakyat biasa.
d.
Membaca vs Ekonomi
Saat
ini semua orang percaya bahwa kondisi ekonomi kurang stabil ini, hal ini
membuat sebagian besar rumah tangga tidak sempat berfikir untuk membeli
buku atau bacaan lainnya. Jangankan untuk membeli buku, waktu untuk
beristirahatpun kadang digunakan untuk melakukan aktivitas pemenuhan
kebutuhan ekonomi.
e.
Membaca vs Perpustakaan
Kondisi
lain yang menghambat upaya sosialisasi minat baca, adalah letak
Perpustakaan yang memiliki koleksi buku lengkap berada jauh dari masyarakat
yang mampu mengaksesnya. Sebagian masyarakat yang tinggal dipinggiran
pelosok pedesaan masih kesulitan menemui perpustakaan dengan koleksi buku yang
lengkap.
Dengan minat baca masyarakat yang rendah kita berfikir, bagaimana
caranya orang mau datang ke perpustakaan dan membaca. Karenanya kehadiran
sebuah perpustakaan tidak hanya cukup dengan menyediakan tempat yang bagus dan
buku-buku yang beragam tetapi haruslah disertai dengan berbagai kegiatan
stimulus untuk peningkatan minat baca.
Kreativitas dalam merancang kegiatan stimulus inilah yang justru seringkali tidak mendapatkan perhatian baik oleh pemerintah maupun oleh pihak pengelola perpustakaan.
Kreativitas dalam merancang kegiatan stimulus inilah yang justru seringkali tidak mendapatkan perhatian baik oleh pemerintah maupun oleh pihak pengelola perpustakaan.
C.
BERCERITA
1. Pengertian
Cerita
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik
berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Kata
Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan
benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal
usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata,
Ramayana). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun cerita belum
tentu dongeng”. Metode Bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara
bertutur.
(http://kakbimo.wordpress.com).
Yang membedakan antara bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah
lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana phantomin yang
lebih menonjolkan gerak dan mimik, operet yang lebih menonjolkan musik dan
nyanyian, puisi dan deklamasi yang lebih menonjolkan syair, sandiwara yang
lebih menonjol pada permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater
tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode bercerita lebih
menonjolkan penuturan lisan materi cerita dibandingkan aspek teknis yang
lainnya.
2. Manfaat
Cerita
Bercerita bagi anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting,
yaitu:
a. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak
b. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif
c. Pendidikan imajinasi/fantasi
d. Menyalurkan dan mengembangkan emosi
e. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam
cerita
f. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
g. Sarana Hiburan dan penarik perhatian
h. Menggugah minat baca
i.
Sarana
membangun watak mulia
3.
Pemilihan Materi Cerita
Sebelum bercerita, harus memahami terlebih
dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan
dengan karakteristik anak-anak serta mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan
oleh :
a.
Pemilihan
Tema dan judul yang tepat
Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh,
yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak, hal yang menarik berbeda pada tingkat usia, misalnya; usia 4 tahun, anak
menyukai dongeng fabel dan horor, usia 4-8 tahun, menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah
tentang kecerdikan, pada usia
8-12 tahun, anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage),
b.
Waktu
Penyajian
Harus mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa,
rentang konsentrasi dan daya tangkap anak sebagai berikut; sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7
menit; usia 4-8 tahun, waktu
cerita hingga 10 -15 menit; usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit. Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita
menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak
dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif
dan humoris.
c.
Suasana
(situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang
sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar
nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan
profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya.
D.
CARA
MENUMBUHKAN MINAT MEMBACA ANAK
Mengapa
banyak anak yang yang tidak suka membaca? Menurut Mary (1997, 23) “mereka tidak
suka membaca buku karena mereka hanya didukung untuk membaca buku yang baik,
membaca karena ada tugas dari guru serta kurangnya kemampuan membaca”.
Mary (1997, 43)
mengungkapkan cara menumbuhkan minat baca pada anak, yaitu : (1) berikan bacaan
yang mudah dan menyenangkan, (2) tingkatkan kepercayaan diri anak, (3) carilah
buku yang benar – benar mengasyikkan. Sedangkan tahapannya yaitu : (a) membolak
– balik buku, (b) membaca komik/majalah/koran, (c) berikan buku pertama, bacaan
tertentu, kemudian bacaan yang lebih luas, (d) mencari buku sendiri, (e)
menjadi kutu buku abadi
Menurut
Anna Yulia (2005, 51) orang tua dapat menumbuhkan minat baca pada anak dengan
cara sebagai berikut :
1. Bacakan buku sejak anak lahir
Sebaiknya, anak dikenalkan dengan
buku sedini mungkin. Berdasarkan hasil penelitian, bayi yang terbiasa diajak
berkomunikasi dan dibacakan cerita (bahkan sejak di dalam kandungan) akan
mempunyai kemampuan bahasa yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang hanya
didiamkan saja.
- Dorong anak bercerita tentang apa yang telah didengar atau dibacanya
Untuk mendorong anak Anda
menceritakan kembali apa yang sudah dibacanya, ajukan sejumlah pertanyaan.
Selain itu, gunakan cara-cara kreatif, misalnya, minta anak untuk gantian
bercerita. Kalau dia tidak mau, gunakan ide lain, misalnya dengan merekam
suaranya ketika bercerita..
- Ajak anak ke toko buku/perpustakaan
Jadikan toko buku sebagai tempat
singgah yang menyenangkan bagi anak dengan membiasakan mereka untuk
mengunjunginya. Berikan kepercayaan pada mereka untuk memilih sendiri buku yang
mereka minati. Tanamkan sikap selektif dalam memilih buku kepada anak., Dorong
pula anak untuk rajin mengunjungi perpustakaan yang bisa mereka akses, baik
perpustakaan sekolah maupun perpustakaan umum.
- Membeli buku yang menarik minat anak
Orang tua harus peka dengan minat
anak dan memfasilitasinya dengan buku yang sesuai minat mereka supaya minat
baca mereka berkembang. Agar wawasan anak berkembang, belilah dua buku, satu
buku pilihan anak dan satunya tambahan pilihan bagi anak.
- Sisihkan uang untuk membeli buku
Sediakan anggaran khusus untuk
membeli buku. Jadikan buku sebagai kebutuhan yang penting bagi anak daripada
membelikan anak mainan yang manfaatnya dipertanyakan. Apalagi buku merupakan
harta yang tidak ternilai jika anak mau membacanya. Apa yang terkandung dalam
sebuah buku akan menjadi investasi di kepala anak.
- Nonton filmnya dan beli bukunya
Anak-anak akan sangat antusias jika
mereka bisa membaca buku-buku dari tokoh film yang sudah mereka kenal atau
tonton filmnya. Jadi, orang tua bisa mengajak anak menonton filmnya dulu, baru
kemudian memberikan bukunya kepada anak untuk dibaca atau sebaliknya.
- Ciptakan perpustakaan keluarga
Jika memungkinkan, buatlah
perpustakaan keluarga di rumah. Tidak harus mewah dan lengkap, mulailah dari
yang sederhana dulu. Kumpulkan buku anak dalam satu lemari khusus yang mudah
mereka ambil, tidak terlalu tinggi, tersembunyi, apalagi terkunci.
- Tukar buku dengan teman
Semakin banyak koleksi buku yang
dimiliki anak semakin baik. Namun, jika hal tersebut terhambat oleh terbatasnya
dana yang ada, bisa menyiasatinya dengan saling menukar buku dengan temannya. Hal
ini bisa menghemat sekaligus memperluas wawasan anak dengan banyak buku yang
sudah dibacanya.
- Hilangkan penghambat seperti TV atau Playstation
Menonton televisi atau main
playstasion bukanlah hobi yang harus dilarang, tapi sebaiknya dibatasi. Supaya
waktu anak bisa dialokasikan untuk membaca buku. Orang tua dianjurkan mengendalikan
pemakaian televisi, mengingat tayangan-tayangan yang sering kali tidak sesuai
untuk dikonsumsi anak.
- Beri hadiah (reward) yang memperbesar semangat membaca
Anak akan sangat bersemangat jika
diberi penghargaan/hadiah. Penghargaan bisa bersifat materi dan nonmateri. Berikan
kata-kata yang positif yang akan membangun rasa percaya diri anak dalam membaca,
arahkan dengan sabar serta berikan penghargaan hadiah-hadiah kecil yang membuat
anak antusias. Jadikan buku sebagai hadiah (reward) untuk anak.
- Jadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan setiap hari
Kegiatan membaca setiap hari akan
menumbuhkan minat baca anak sekaligus membentuk kebiasaan membaca pada anak. Apabila
sibuk, sempatkan lima atau sepuluh menit setiap harinya untuk membacakan cerita
kepada anak. Jika anak sudah bisa membaca sendiri, tinggal menemaninya membaca.
- Dramatisasi buku yang dibaca
Ubahlah cara baca ketika anak kurang
atau tidak tertarik dengan buku yang dibacakan untuknya. Tambahkan kosakata dan
kalimat yang menarik dan dramatisasilah cerita yang sedang dibacakan, caranya
dengan gerakan-gerakan tubuh, mimik muka dan intonasi suara. Anak-anak akan
tertarik.
- Buatlah buku sendiri
Anak akan sangat senang jika mereka
atau Anda membuatkan buku untuk mereka sendiri. Anda bisa membuat buku untuk
anak seperti:
Ø
Buku
biografi anak
Ø
Buku
tentang diri orang tua, untuk mengajarkan proses pertumbuhan, siklus kehidupan,
konsep baik dan buruk, nilai moral, etika, adat istiadat dalam keluarga, dan
lain sebagainya.
Ø
Buku
cerita yang hasil menggambar sendiri.
Ø
Anak
membuat sendiri bukunya.
- Jadilah teladan
Teladan orang tua lebih berdampak
daripada kata-kata. Biarkan anak melihat Anda membaca. Jika hal tersebut sering
dia lihat mereka menjadi terbiasa dengan kegiatan membaca tersebut. Jika Anda
mengetahui membaca itu penting, namun kita tidak menyukainya, upayakan agar minat
baca anak meningkat.
E.
CARA MENUMBUHKAN MINAT MEMBACA ANAK
MELALUI KEGIATAN BERCERITA
Bercerita
merupakan salah satu teknik menyampaikan suatu pesan yang paling sering
digunakan oleh guru / pengasuh / pendidik. Ada banyak alasan mengapa
seseorang memilih menggunakan teknik bercerita dibanding teknik lainnya
seperti drama, diskusi, atau menggunakan peralatan audio visual. Menurut Ari
P (2008) Beberapa alasan yang sering dikemukakan adalah:
a. Lebih Praktis dan Fleksibel
b. Lebih Murah (Tanpa atau dengan
Alat Peraga)
c. Pada Umumnya Anak Lebih Menyukai
Cerita (http:// omahku.com)
Sayangnya,
Teknik Bercerita seringkali dianggap sebagai teknik yang paling
"mudah", sehingga sebagian guru merasa tidak perlu melakukan
persiapan karena mereka tinggal "menceritakan ulang" isi bahan
persiapan mengajar yang telah dibaca atau didapatnya dari kelompok persiapan
guru. Padahal, dalam menyampaikan cerita, seseorang harus benar-benar
memiliki persiapan yang cukup matang untuk mengemas ulang bahan pengajarannya.
Hal ini penting untuk dilakukan supaya pada saat cerita disampaikan, tujuan
yang ingin dicapai benar-benar sampai pada sasaran.
Beberapa
hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik bercerita antara
lain:
a.
Pendengar
Harus Terlibat
b.
Cerita
Dapat Dimengerti dan Memiliki Makna Bagi Pendengarnya
c.
Pencerita
Benar-Benar Memahami Cerita yang akan Disampaikan
Hal-hal yang perlu dipahami dengan
benar antara lain:
§ Dalam menggambarkan tempat
kejadian, gunakanlah alat peraga dan kalimat yang jelas.
§ Sampaikan alur kejadian secara
urut, dari awal, pertengahan hingga akhir.
§ Karakter Dalam bercerita, jelaskan
karakternya, tokoh atau pelaku yang terdapat dalam cerita tersebut.
d.
Buatlah
improvisasi pada cerita dengan iringan music, effect-effect suara dan retorika
gerak.
e.
Bedakanlah
masing-masing penokohan pada cerita (karakter, usia, dan lainnya)
f.
Akhirilah
cerita menurut jenis cerita yang di buat dan sampaikan hikmah dari cerita.
|
2.
Praktek
Bercerita
a.
Teknik
Bercerita
Seorang pencerita harus pandai mengembangkan
berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat. Secara
garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara
proporsional adalah narasi,
dialog, ekspresi (terutama mimik muka), visualisasi gerak/Peragaan (acting),
ilustrasi suara, baik suara lazim
maupun suara tak lazim, media/alat
peraga, teknik ilustrasi lainnya, misalnya lagu,
permainan, musik, dan sebagainya.
b.
Mengkondisikan
anak
Suasana tertib harus diciptakan sebelum dan selama
anak-anak mendengarkan cerita. Diantaranya dengan cara aneka tepuk, simulasi kunci mulut, lomba duduk tenang, tata tertib cerita, ikrar, pemberian hadiah.
c.
Teknik
membuka Cerita
Pentingnya membuka suatu cerita dengan sesuatu cara
yang menggugah. Mengapa harus menggugah minat? Karena membuka cerita merupakan
saat yang sangat menentukan, maka membutuhkan teknik yang memiliki unsur
penarik perhatian yang kuat, diantaranya dapat dilakukan dengan pernyataan kesiapan, potongan cerita, sinopsis (ringkasan cerita), memuunculkan tokoh dan visualisasi, pijakan
(setting) tempat dan waktu, ekspresi emosi, musik & nyanyian, dan suara tak
Lazim.
d.
Menutup
Cerita dan Evaluasi
Menggunakan tanya jawab seputar nama tokoh dan
perbuatan mereka yang harus dicontoh maupun ditinggalkan, mengucap janji untuk berubah menjadi lebih baik, menyanyi nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari
lagu nasional, popular maupun tradisional, menggambar salah satu adegan dalam cerita. Setelah
selesai mendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur daya tangkap
dan imajinasi anak.
e. Media dan Alat bercerita
Berdasarkan cara penyajiannya, bercerita dapat
disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga (dirrect story).
Sedangkan bercerita dengan alat peraga tersebut dibedakan menjadi peraga
langsung maupun tidak langsung. Agar bercerita lebih menarik dan tidak
membosankan, disarankan untuk lebih variatif dalam bercerita, adakalanya
mendongeng secara langsung, panggung boneka, papan flanel, slide, gambar seri,
membacakan cerita dan sebagainya, sehingga kegiatan bercerita tidak menjemukan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budaya
membaca harus ditanamkan sejak awal. Apabila minat membaca anak dapat
ditingkatkan, berarti kita telah membawa anak tersebut menuju gerbang
kesuksesan. Karena dengan buku bisa membuka mata dunia. Dari uraian pembahasan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kondisi
minat membaca anak saat ini rendah karena televisi lebih menarik daripada membaca, anak
mempunyai kebiasaan untuk mendengarkan, kegiatan membaca itu hanya cocok dikerjakan
kalangan menengah ke atas,.tidak tersedianya buku karena factor ekonomi serta
jauhnya lokasi perpustakaan.
2. Sehubungan
dengan rendahnya minat anak dalam membaca, sehingga upaya yang dapat dilakukan
antara lain dengan
membacakan buku sejak anak lahir, mendorong anak bercerita tentang apa yang
telah didengar atau dibacanya, mengajak anak ke toko buku/perpustakaan, membelikan
buku yang menarik minat anak, menyisihkan uang untuk membeli buku, mengajak
anak menonton filmnya kemudian membeli bukunya, menciptakan perpustakaan
keluarga, untuk menghemat biaya adakan tukar buku dengan teman, hilangkan
penghambat seperti TV atau Playstation, jagan lupa untuk memberikan hadiah
(reward) yang memperbesar semangat membaca, jadikan kegiatan membaca sebagai
kebiasaan setiap hari, serta mengajak anak membuat buku sendiri. dan yang
paling penting, berikan teladan yang baik.
3. Teknik bercerita lebih sering
digunakan dengan alasan lebih praktis dan fleksibel, lebih murah (tanpa atau
dengan alat peraga) serta pada umumnya anak lebih menyukai cerita. Hal penting
yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik bercerita adalah anak perlu
dilibatkan, cerita yang disampaikan dapat dimengerti, buat improvisasi, dan
bedakan masing – masing karakter serta sampaikan hikmah dalam cerita tersebut.
Dengan teknik bercerita ini diharapkan anak lebih termotivasi untuk membaca
agar dapat bercerita dengan teman, guru, maupun orang tuanya.
B.
SARAN
Kurangnya minat membaca anak, diharapkan agar orang
tua serta guru bekerja sama untuk dapat meningkatkan minat anak untuk membaca.
Buku merupakan gudang ilmu, dengan ilmu mereka dapat meraih kesuksesan. Hal
yang paling utama dalam peningkatan minat membaca adalah dengan pemberian
contoh. Selain itu perlu dilakukan hal – hal berikut ini :
1. Mengadakan
kerjasama dengan perpustakaan dengan adanya perpustakaan keliling berapa minggu
sekali, sehingga anak tidak merasa jauh dari buku.
2. Melakukan
kerjasama mengenai penyediaan buku dengan orang tua maupun masyarakat.
3. Mengadakan
lomba bercerita atau mendongeng.
Mengadakan lomba membuat cerita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Anna Yulia. 2005. Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak. Jakarta : Elex Media
Komputindo
Ø Ari Prabowo. 2008. http:// omahku.com. Teknik Bercerita.
diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø Burn, Roe, dan Ross. 2009. Pengertian Membaca. http:// mathedu.unila.blogspot.com diakses tanggal
13 Maret 2010
Ø Ginting. 2009. Pengertian Minat. http://
mathedu.unila.blogspot.com diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø I
Gede Edy Purwaka. 2006. Minat Baca Anak.
http://moblib.blogsome.com diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø Kak Bimo. 2009. Bercerita untuk anak Usia Dini. http://kakbimo.wordpress.com diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø Leonhard, Mary. 1997. Parents Who Love Reading, Kids Who Don’t.
Kiat Menumbuhkan Kegemaran membaca pada Anak. Jakarta : Grasindo
Ø Pintrich dan Schunk, 2009 Pengertian Minat. http://
mathedu.unila.blogspot.com diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø Sandjaja.
2005. Pengertian Membaca. www.unika.ac.id.02/05/05
diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø Sutjipto.
2009. Pengertian Minat. http://depdiknas.go.id/Jurnal/45/sutjipto.htm
diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø Tampubolon. 2009. Pengertian Membaca. http://
mathedu.unila.blogspot.com diakses tanggal 13 Maret 2010
W.J.S.Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar