Selasa, 10 September 2013

Menumbuhkan Minat Baca Anak Melalui Kegiatan Bercerita


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat di era globalisasi ini, terasa sekali bahwa kegiatan membaca boleh dikatakan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Berbagai macam informasi disampaikan di media cetak maupun elektronik. Disisi lain,  keterbatasan manusia dalam memahami informasi dalam proses membaca terkadang menemui kendala. Kendala itu terjadi akibat kurangnya keterampilan memahami bacaan. Padahal kegiatan membaca untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut mutlak diperlukan. Namun, kebanyakan orang tidak suka membaca, mereka lebih suka mendengar informasi melalui kegiatan menyimak atau mendengarkan. Padahal tidak semua informasi dapat diperoleh dengan kegiatan tersebut.
Dalam pembelajaran di Sekolah Dasar, kegiatan membaca tidak bisa lepas begitu saja walaupun sekarang telah diupayakan berbagai macam model pembelajaran. Karena dengan membaca segala macam pengetahuan dapat diperoleh. Itu mengapa, kegiatan membaca dikatakan sangat penting. Kegiatan membaca juga tidak identik dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam mata pelajaran lainpun ada kegiatan membaca, walaupun dalam pembelajarannya seorang guru telah membuat konsep lain atau dapat membuat siswanya memahami materi tersebut. Namun, setidaknya dalam memaparkan konsep ataupun untuk menarik kesimpulan pasti didasarkan pada bukti yang diperoleh dari kegiatan membaca.
Hal yang sering terjadi pada siswa Sekolah Dasar, jangankan untuk membaca, melihat bukunya saja siswa sudah merasa bahwa itu sebuah beban yang sangat berat. Mengapa hal itu bisa terjadi ?
Menumbuhkan minat membaca pada anak seharusnya ditanamkan mulai usia dini. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan membaca pada usia dini adalah kesediaan orang tua untuk menyediakan serta menciptakan suasana yang kondusif dirumah bagi perkembangan kemampuan membaca melalui penyediaan bacaan. Selain itu, perlu adanya pemberian contoh dari orang tua itu sendiri. Mereka yang tidak suka membaca, orang tuanya kebanyakan tidak suka membaca, jarang atau bahkan tidak pernah dibacakan dongeng saat kanak – kanak, atau tidak tersedianya buku di rumah. Padahal dengan kegiatan tersebut, anak menjadi lebih termotivasi untuk membaca.
Lalu bagaimana apabila anak sudah masuk ke sekolah, akankah itu hanya menjadi tugas guru? Untuk menumbuhkan minat anak untuk membaca perlu adanya kerjasama antara orang tua dan guru, karena keberhasilan anak itu perlua adanya dukungan dari berbagai pihak. Setiap orang senang bercerita, bahkan dimanapun tempatnya dan kapanpun kita selalu melihat orang bercerita (berbicara) dengan orang lain. Karena kompleknya pembicaraan atau hal yang diceritakan terkadang mereka sampai betah berlama – lama berbicara,
Bahkan, khusus mengenai cerita, sampai dewasapun masih tetap menggemarinya. Obrolan kita juga akan semakin ‘renyah’ bila kita saling bercerita dengan penuh semangat. Cerita memang ‘gurih’. Semua orang tak pandang usia, menyukainya. Bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Metode ini sangat efektif untuk mempengaruhi jiwa anak-anak. Mengapa metode cerita ini efektif ?
Jawabannya tidak sulit. Pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Cerita-cerita yang kita dengar dimasa kecil masih bisa kita ingat secara utuh selama berpuluh-puluh tahun kemudian. Kedua, melalui cerita manusia diajar untuk mengambil hikmah tanpa merasa digurui. Memang harus diakui, sering kali hati kita tidak merasa nyaman bila harus diceramahi dengan segerobak nasehat yang berkepanjangan. Dengan dasar itulah, penulis mengambil bercerita sebagai alat untuk menumbuhkan minat baca. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana menumbuhkan minat membaca melalui bercerita.
Minat dapat diartikan sebagai ketertarikan siswa terhadap suatu kegiatan. Membaca adalah keterampilan memahami tulisan dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman. Sedangkan bercerita merupakan penuturan sesuatu cerita.     

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Apa yang dimaksud dengan minat ?
2.    Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi minat seseorang ?
3.    Bagaimana kondisi minat membaca saat ini ?
4.    Apa saja manfaat cerita ?
5.    Upaya apa yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat baca anak ?
6.    Bagaimana teknik menumbuhkan minat baca melalui kegiatan bercerita ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      MINAT
1.      Pengertian Minat
Disini akan diutarakan berbagai macam pengertian minat. Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1984, 650) “ minat adalah perhatian; kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu; keinginan “.
Sutjipto (2009) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya.  Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar.  (www.depdiknas.go.id/Jurnal/45/sutjipto.htm)

Selanjutnya Ginting (2009) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. (http:// mathedu.unila.blogspot.com)

Pintrich dan Schunk (2009) membagi definisi minat secara umum menjadi tiga, yaitu:
a.    Minat pribadi, diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang yang relatif stabil, yang cenderung menetap pada diri seseorang. Minat pribadi membawa seseorang pada beberapa aktifitas yang spesifik,  dapat dilihat ketika seseorang menjadikan sebuah aktivitas sebagai pilihan, sehingga menimbulkan kesenangan pribadi serta memiliki arti penting baginya.
b.    Minat situasi merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh kondisi lingkungan.
c.    Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Minat pada definisi ini tidak hanya karena seseorang lebih menyukai sebuah aktivitas, tetapi karena aktivitas tersebut memiliki nilai yang tinggi dan mengetahui lebih banyak mengenai aktivitas tersebut. (http:// mathedu.unila.blogspot.com)
   
Dari beberapa definisi minat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai minat, bahwa minat merupakan kecenderungan hati, kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang sebagian besar dibangkitkan oleh kondisi lingkungan.

2.      Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat itu ada yang bersifat spontan dan ada yang berpola. Minat yang bersifat spontan adalah minat yang tumbuh secara spontan tanpa dipengaruhi (disengaja / langsung) dari pihak luar. Sedangkan minat yang berpola yaitu minat yang timbul akibat adanya pengaruh dan kegiatan yang berpola dalam kegiatan belajar mengajar, baik di sekolah maupun luar sekolah.
Minat seseorang dapat dipengaruhi oleh adanya beberapa factor ;
a.    Faktor Intern ( faktor dari diri sendiri )
Minat itu akan tumbuh dengan sendirinya tergantung dari diri sendiri, tanpa adanya pengaruh dari pihak luar.
b.    Faktor Ekstern ( faktor lingkungan )
Lingkungan berpengaruh sekali terhadap minat seseorang. Baik buruknya kondisi lingkungan akan berdampak pada perkembangan minat seseorang. 

B.       MEMBACA
1.                  Pengertian Membaca
Menurut Sandjaja (2005) “ membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan. “ (www.unika.ac.id.02/05/05)
Sedangkan Tampubolon (2009) menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian-bagian tubuh khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental karena bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan, terlibat didalamnya. Dari definisi ini, kiranya dapat dilihat bahwa menemukan makna dari bacaan (tulisan) adalah tujuan utama membaca, dan bukan mengenali huruf-huruf. (http:// mathedu.unila.blogspot.com)

Proses membaca menurut Burn, Roe dan Ross (2009) merupakan proses penerimaan simbol oleh sensori, kemudian menginterpretasikan simbol, atau kata yang dilihat atau mempersepsikan, mengikuti logika dan pola tata bahasa dari kata-kata yang ditulis penulis, mengenali hubungan antara simbol dan suara antara kata-kata dan apa yang ingin ditampilkan, menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman langsung untuk memberikan kata-kata yang bermakna dan mengingat apa yang mereka pelajari dimasa lalu dan menggabungkan ide baru dan fakta serta menyetujui minat individu dan sikap yang merasakan tugas membaca. (http:// mathedu.unila.blogspot.com)

Berbagai definisi membaca telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan dengan proses penerimaan simbol oleh sensori, kemudian menginterpretasikannya sehingga mampu membuat intisari dari bacaan.

2.    Pengertian Minat Membaca
Kegiatan membaca, baik itu membaca berbagai media seperti koran, buku, majalah maupun novel ditentukan ada atau tidaknya  minat  terhadap kegiatan tersebut.  Artinya seseorang tidak akan  membaca jika dia merasa tidak suka atau tidak mendapatkan manfaat dari  membaca. Sehingga bisa dikatakan bahwa minat adalah motivator yang kuat untuk melakukan suatu kegiatan.
Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat dari obyek tersebut. Sedangkan aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.




Menurut Lilawati dalam I Gede Edy Purwaka (2006) minat membaca anak adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga mengarahkan anak untuk membaca dengan kemauannya sendiri. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, frekuensi membaca dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca oleh anak. Sedangkan Sinambela dalam I Gede Edy Purwaka (2006) mengartikan minat membaca adalah sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri anak terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan. Aspek minat membaca meliputi kesenangan membaca, frekuensi membaca dan kesadaran akan manfaat membaca. ( http://moblib.blogsome.com)

Berdasar pendapat - pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat membaca adalah kekuatan yang mendorong seseorang  untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca sehingga mereka mau melakukan aktivitas membaca dengan kemauan sendiri.

3.    Kondisi Minat Membaca Saat ini
Saat ini, budaya baca masyarakat kita masih sangat rendah. Rendahnya budaya baca dan tulis ini, disebabkan karena masih tingginya budaya lisan.  Dongeng yang diceritakan oleh orang tua kita biasanya warisan turun menurun dapat mengalami penambahan atau pengurangan isi. Akibatnya kita tidak tahu persis mana yang benar dan mana yang kurang benar. Di dalam kehidupan sehari-hari, banyak kegiatan masyarakat yang tidak di dokumentasi dengan tulisan dengan baik.
a.    Membaca vs Melihat Televisi
Apa yang ditampilkan televisi bagi sebagian orang lebih menarik untuk disimak, dibandingkan dengan yang ada di koran atau majalah.  Budaya baca tulis belum sepenuhnya menjadi kebudayaan masyarakat.
b.    Membaca vs Budaya dengar
Masyarakat  dalam memandang akar suatu permasalahan terkadang sering bias. Ini akibat tidak dikuasainya ilmu pengetahuan untuk menganalis suatu masalah. Kebiasaan  untuk mendengarkan, terkadang lebih dominan daripada  mencoba mengecek kepada sumber aslinya.
c.    Membaca vs Pandangan Budaya
Banyak yang beranggapan bahwa orang yang sedang membaca adalah orang yang malas melakukan sesuatu. Ada pula yang berpandangan  bahwa,  kegiatan membaca itu hanya cocok dikerjakan kalangan menengah ke atas, yaitu mereka yang memiliki banyak waktu senggang. Pendapat itu ada benarnya, karena jika kita  bisa melihat pada bukti sejarah, banyak kitab-kitab yang ditulis oleh bangsawan kraton yang memiliki kedudukan  terhormat, bukan rakyat biasa.
d.   Membaca vs Ekonomi
Saat ini semua orang percaya bahwa kondisi ekonomi kurang stabil ini, hal ini membuat  sebagian besar rumah tangga tidak sempat berfikir untuk membeli buku atau bacaan lainnya. Jangankan untuk membeli buku, waktu untuk beristirahatpun kadang digunakan  untuk melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan ekonomi.
e.    Membaca vs Perpustakaan
Kondisi lain yang menghambat upaya  sosialisasi minat baca, adalah letak Perpustakaan yang memiliki koleksi buku lengkap berada jauh dari masyarakat yang mampu mengaksesnya. Sebagian  masyarakat yang tinggal dipinggiran pelosok pedesaan masih kesulitan menemui perpustakaan dengan koleksi buku yang lengkap.
Dengan minat baca masyarakat yang rendah kita berfikir, bagaimana caranya orang mau datang ke perpustakaan dan membaca. Karenanya kehadiran sebuah perpustakaan tidak hanya cukup dengan menyediakan tempat yang bagus dan buku-buku yang beragam tetapi haruslah disertai dengan berbagai kegiatan stimulus untuk peningkatan minat baca.
Kreativitas dalam merancang kegiatan stimulus inilah yang justru seringkali tidak mendapatkan perhatian baik oleh pemerintah maupun oleh pihak pengelola perpustakaan.

C.      BERCERITA
1.    Pengertian Cerita
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Kata Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun cerita belum tentu dongeng”. Metode Bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara bertutur. (http://kakbimo.wordpress.com).

Yang membedakan antara bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana phantomin yang lebih menonjolkan gerak dan mimik, operet yang lebih menonjolkan musik dan nyanyian, puisi dan deklamasi yang lebih menonjolkan syair, sandiwara yang lebih menonjol pada permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode bercerita lebih menonjolkan penuturan lisan materi cerita dibandingkan aspek teknis yang lainnya.

2.    Manfaat Cerita
Bercerita bagi anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu:
a.    Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak
b.    Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif
c.    Pendidikan imajinasi/fantasi
d.   Menyalurkan dan mengembangkan emosi
e.    Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita
f.     Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
g.    Sarana Hiburan dan penarik perhatian
h.    Menggugah minat baca
i.      Sarana membangun watak mulia

3.    Pemilihan Materi Cerita
Sebelum bercerita, harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak serta mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
a.    Pemilihan Tema dan judul yang tepat
Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak, hal yang menarik berbeda pada  tingkat usia, misalnya; usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, usia 4-8 tahun, menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, pada usia 8-12 tahun, anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage),
b.    Waktu Penyajian
Harus mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak sebagai berikut; sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit; usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit; usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit. Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
c.    Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya.

D.      CARA MENUMBUHKAN MINAT MEMBACA ANAK
Mengapa banyak anak yang yang tidak suka membaca? Menurut Mary (1997, 23) “mereka tidak suka membaca buku karena mereka hanya didukung untuk membaca buku yang baik, membaca karena ada tugas dari guru serta kurangnya kemampuan membaca”.
Mary (1997, 43) mengungkapkan cara menumbuhkan minat baca pada anak, yaitu : (1) berikan bacaan yang mudah dan menyenangkan, (2) tingkatkan kepercayaan diri anak, (3) carilah buku yang benar – benar mengasyikkan. Sedangkan tahapannya yaitu : (a) membolak – balik buku, (b) membaca komik/majalah/koran, (c) berikan buku pertama, bacaan tertentu, kemudian bacaan yang lebih luas, (d) mencari buku sendiri, (e) menjadi kutu buku abadi  

Menurut Anna Yulia (2005, 51) orang tua dapat menumbuhkan minat baca pada anak dengan cara sebagai berikut :
1.    Bacakan buku sejak anak lahir
Sebaiknya, anak dikenalkan dengan buku sedini mungkin. Berdasarkan hasil penelitian, bayi yang terbiasa diajak berkomunikasi dan dibacakan cerita (bahkan sejak di dalam kandungan) akan mempunyai kemampuan bahasa yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang hanya didiamkan saja.
  1. Dorong anak bercerita tentang apa yang telah didengar atau dibacanya
Untuk mendorong anak Anda menceritakan kembali apa yang sudah dibacanya, ajukan sejumlah pertanyaan. Selain itu, gunakan cara-cara kreatif, misalnya, minta anak untuk gantian bercerita. Kalau dia tidak mau, gunakan ide lain, misalnya dengan merekam suaranya ketika bercerita..
  1. Ajak anak ke toko buku/perpustakaan
Jadikan toko buku sebagai tempat singgah yang menyenangkan bagi anak dengan membiasakan mereka untuk mengunjunginya. Berikan kepercayaan pada mereka untuk memilih sendiri buku yang mereka minati. Tanamkan sikap selektif dalam memilih buku kepada anak., Dorong pula anak untuk rajin mengunjungi perpustakaan yang bisa mereka akses, baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan umum.
  1. Membeli buku yang menarik minat anak
Orang tua harus peka dengan minat anak dan memfasilitasinya dengan buku yang sesuai minat mereka supaya minat baca mereka berkembang. Agar wawasan anak berkembang, belilah dua buku, satu buku pilihan anak dan satunya tambahan pilihan bagi anak.
  1. Sisihkan uang untuk membeli buku
Sediakan anggaran khusus untuk membeli buku. Jadikan buku sebagai kebutuhan yang penting bagi anak daripada membelikan anak mainan yang manfaatnya dipertanyakan. Apalagi buku merupakan harta yang tidak ternilai jika anak mau membacanya. Apa yang terkandung dalam sebuah buku akan menjadi investasi di kepala anak.
  1. Nonton filmnya dan beli bukunya
Anak-anak akan sangat antusias jika mereka bisa membaca buku-buku dari tokoh film yang sudah mereka kenal atau tonton filmnya. Jadi, orang tua bisa mengajak anak menonton filmnya dulu, baru kemudian memberikan bukunya kepada anak untuk dibaca atau sebaliknya.
  1. Ciptakan perpustakaan keluarga
Jika memungkinkan, buatlah perpustakaan keluarga di rumah. Tidak harus mewah dan lengkap, mulailah dari yang sederhana dulu. Kumpulkan buku anak dalam satu lemari khusus yang mudah mereka ambil, tidak terlalu tinggi, tersembunyi, apalagi terkunci.
  1. Tukar buku dengan teman
Semakin banyak koleksi buku yang dimiliki anak semakin baik. Namun, jika hal tersebut terhambat oleh terbatasnya dana yang ada, bisa menyiasatinya dengan saling menukar buku dengan temannya. Hal ini bisa menghemat sekaligus memperluas wawasan anak dengan banyak buku yang sudah dibacanya.
  1. Hilangkan penghambat seperti TV atau Playstation
Menonton televisi atau main playstasion bukanlah hobi yang harus dilarang, tapi sebaiknya dibatasi. Supaya waktu anak bisa dialokasikan untuk membaca buku. Orang tua dianjurkan mengendalikan pemakaian televisi, mengingat tayangan-tayangan yang sering kali tidak sesuai untuk dikonsumsi anak.
  1. Beri hadiah (reward) yang memperbesar semangat membaca
Anak akan sangat bersemangat jika diberi penghargaan/hadiah. Penghargaan bisa bersifat materi dan nonmateri. Berikan kata-kata yang positif yang akan membangun rasa percaya diri anak dalam membaca, arahkan dengan sabar serta berikan penghargaan hadiah-hadiah kecil yang membuat anak antusias. Jadikan buku sebagai hadiah (reward) untuk anak.
  1. Jadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan setiap hari
Kegiatan membaca setiap hari akan menumbuhkan minat baca anak sekaligus membentuk kebiasaan membaca pada anak. Apabila sibuk, sempatkan lima atau sepuluh menit setiap harinya untuk membacakan cerita kepada anak. Jika anak sudah bisa membaca sendiri, tinggal menemaninya membaca.
  1. Dramatisasi buku yang dibaca
Ubahlah cara baca ketika anak kurang atau tidak tertarik dengan buku yang dibacakan untuknya. Tambahkan kosakata dan kalimat yang menarik dan dramatisasilah cerita yang sedang dibacakan, caranya dengan gerakan-gerakan tubuh, mimik muka dan intonasi suara. Anak-anak akan tertarik.
  1. Buatlah buku sendiri
Anak akan sangat senang jika mereka atau Anda membuatkan buku untuk mereka sendiri. Anda bisa membuat buku untuk anak seperti:
Ø   Buku biografi anak
Ø   Buku tentang diri orang tua, untuk mengajarkan proses pertumbuhan, siklus kehidupan, konsep baik dan buruk, nilai moral, etika, adat istiadat dalam keluarga, dan lain sebagainya.
Ø   Buku cerita yang hasil menggambar sendiri.
Ø   Anak membuat sendiri bukunya.
  1. Jadilah teladan
Teladan orang tua lebih berdampak daripada kata-kata. Biarkan anak melihat Anda membaca. Jika hal tersebut sering dia lihat mereka menjadi terbiasa dengan kegiatan membaca tersebut. Jika Anda mengetahui membaca itu penting, namun kita tidak menyukainya, upayakan agar minat baca anak meningkat.

E.       CARA MENUMBUHKAN MINAT MEMBACA ANAK MELALUI KEGIATAN BERCERITA

  1. Teknik Bercerita
Bercerita merupakan salah satu teknik menyampaikan suatu pesan yang paling sering digunakan oleh guru / pengasuh / pendidik. Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih menggunakan teknik bercerita dibanding teknik lainnya seperti drama, diskusi, atau menggunakan peralatan audio visual. Menurut Ari P (2008) Beberapa alasan yang sering dikemukakan adalah:
a.    Lebih Praktis dan Fleksibel
b.    Lebih Murah (Tanpa atau dengan Alat Peraga)
c.    Pada Umumnya Anak Lebih Menyukai Cerita (http:// omahku.com)
Sayangnya, Teknik Bercerita seringkali dianggap sebagai teknik yang paling "mudah", sehingga sebagian guru merasa tidak perlu melakukan persiapan karena mereka tinggal "menceritakan ulang" isi bahan persiapan mengajar yang telah dibaca atau didapatnya dari kelompok persiapan guru. Padahal, dalam menyampaikan cerita, seseorang harus benar-benar memiliki persiapan yang cukup matang untuk mengemas ulang bahan pengajarannya. Hal ini penting untuk dilakukan supaya pada saat cerita disampaikan, tujuan yang ingin dicapai benar-benar sampai pada sasaran.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik bercerita antara lain:
a.         Pendengar Harus Terlibat
b.         Cerita Dapat Dimengerti dan Memiliki Makna Bagi Pendengarnya
c.         Pencerita Benar-Benar Memahami Cerita yang akan Disampaikan
Hal-hal yang perlu dipahami dengan benar antara lain:
§  Dalam menggambarkan tempat kejadian, gunakanlah alat peraga dan kalimat yang jelas.
§  Sampaikan alur kejadian secara urut, dari awal, pertengahan hingga akhir.
§  Karakter Dalam bercerita, jelaskan karakternya, tokoh atau pelaku yang terdapat dalam cerita tersebut.
d.        Buatlah improvisasi pada cerita dengan iringan music, effect-effect suara dan retorika gerak.
e.         Bedakanlah masing-masing penokohan pada cerita (karakter, usia, dan lainnya)
f.          Akhirilah cerita menurut jenis cerita yang di buat dan sampaikan hikmah dari cerita.
2.      Praktek Bercerita
a.         Teknik Bercerita
Seorang pencerita harus pandai mengembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat. Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proporsional adalah narasi, dialog, ekspresi (terutama mimik muka),  visualisasi gerak/Peragaan (acting), ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tak lazim, media/alat peraga, teknik ilustrasi lainnya, misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.
b.         Mengkondisikan anak
Suasana tertib harus diciptakan sebelum dan selama anak-anak mendengarkan cerita. Diantaranya dengan cara aneka tepuk, simulasi kunci mulut, lomba duduk tenang, tata tertib cerita, ikrar, pemberian hadiah.
c.         Teknik membuka Cerita
Pentingnya membuka suatu cerita dengan sesuatu cara yang menggugah. Mengapa harus menggugah minat? Karena membuka cerita merupakan saat yang sangat menentukan, maka membutuhkan teknik yang memiliki unsur penarik perhatian yang kuat, diantaranya dapat dilakukan dengan pernyataan kesiapan, potongan cerita, sinopsis (ringkasan cerita), memuunculkan tokoh dan visualisasi, pijakan (setting) tempat dan waktu, ekspresi emosi, musik & nyanyian, dan suara tak Lazim.
d.      Menutup Cerita dan Evaluasi
Menggunakan tanya jawab seputar nama tokoh dan perbuatan mereka yang harus dicontoh maupun ditinggalkan, mengucap janji untuk berubah menjadi lebih baik, menyanyi nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari lagu nasional, popular maupun tradisional, menggambar salah satu adegan dalam cerita. Setelah selesai mendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur daya tangkap dan imajinasi anak.
e.       Media dan Alat bercerita
Berdasarkan cara penyajiannya, bercerita dapat disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga (dirrect story). Sedangkan bercerita dengan alat peraga tersebut dibedakan menjadi peraga langsung maupun tidak langsung. Agar bercerita lebih menarik dan tidak membosankan, disarankan untuk lebih variatif dalam bercerita, adakalanya mendongeng secara langsung, panggung boneka, papan flanel, slide, gambar seri, membacakan cerita dan sebagainya, sehingga kegiatan bercerita tidak menjemukan.


BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Budaya membaca harus ditanamkan sejak awal. Apabila minat membaca anak dapat ditingkatkan, berarti kita telah membawa anak tersebut menuju gerbang kesuksesan. Karena dengan buku bisa membuka mata dunia. Dari uraian pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Kondisi minat membaca anak saat ini rendah karena televisi lebih menarik daripada membaca, anak mempunyai kebiasaan untuk mendengarkan, kegiatan membaca itu hanya cocok dikerjakan kalangan menengah ke atas,.tidak tersedianya buku karena factor ekonomi serta jauhnya lokasi perpustakaan.
2.    Sehubungan dengan rendahnya minat anak dalam membaca, sehingga upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan membacakan buku sejak anak lahir, mendorong anak bercerita tentang apa yang telah didengar atau dibacanya, mengajak anak ke toko buku/perpustakaan, membelikan buku yang menarik minat anak, menyisihkan uang untuk membeli buku, mengajak anak menonton filmnya kemudian membeli bukunya, menciptakan perpustakaan keluarga, untuk menghemat biaya adakan tukar buku dengan teman, hilangkan penghambat seperti TV atau Playstation, jagan lupa untuk memberikan hadiah (reward) yang memperbesar semangat membaca, jadikan kegiatan membaca sebagai kebiasaan setiap hari, serta mengajak anak membuat buku sendiri. dan yang paling penting, berikan teladan yang baik.
3.    Teknik bercerita lebih sering digunakan dengan alasan lebih praktis dan fleksibel, lebih murah (tanpa atau dengan alat peraga) serta pada umumnya anak lebih menyukai cerita. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik bercerita adalah anak perlu dilibatkan, cerita yang disampaikan dapat dimengerti, buat improvisasi, dan bedakan masing – masing karakter serta sampaikan hikmah dalam cerita tersebut. Dengan teknik bercerita ini diharapkan anak lebih termotivasi untuk membaca agar dapat bercerita dengan teman, guru, maupun orang tuanya.

B.        SARAN
Kurangnya minat membaca anak, diharapkan agar orang tua serta guru bekerja sama untuk dapat meningkatkan minat anak untuk membaca. Buku merupakan gudang ilmu, dengan ilmu mereka dapat meraih kesuksesan. Hal yang paling utama dalam peningkatan minat membaca adalah dengan pemberian contoh. Selain itu perlu dilakukan hal – hal berikut ini :
1.    Mengadakan kerjasama dengan perpustakaan dengan adanya perpustakaan keliling berapa minggu sekali, sehingga anak tidak merasa jauh dari buku.
2.    Melakukan kerjasama mengenai penyediaan buku dengan orang tua maupun masyarakat.
3.    Mengadakan lomba bercerita atau mendongeng.
Mengadakan lomba membuat cerita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ø  Anna Yulia. 2005. Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak. Jakarta : Elex Media Komputindo
Ø  Ari Prabowo. 2008. http:// omahku.com. Teknik Bercerita. diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø  Burn, Roe, dan Ross. 2009. Pengertian Membaca. http:// mathedu.unila.blogspot.com diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø  Ginting. 2009. Pengertian Minat.  http:// mathedu.unila.blogspot.com diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø  I Gede Edy Purwaka. 2006. Minat Baca Anak. http://moblib.blogsome.com diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø  Kak Bimo. 2009. Bercerita untuk anak Usia Dini. http://kakbimo.wordpress.com diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø  Leonhard, Mary. 1997. Parents Who Love Reading, Kids Who Don’t. Kiat Menumbuhkan Kegemaran membaca pada Anak. Jakarta : Grasindo
Ø  Pintrich dan Schunk, 2009 Pengertian Minat.  http:// mathedu.unila.blogspot.com diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø  Sandjaja. 2005. Pengertian Membaca. www.unika.ac.id.02/05/05 diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø  Sutjipto. 2009. Pengertian Minat. http://depdiknas.go.id/Jurnal/45/sutjipto.htm diakses tanggal 13 Maret 2010
Ø  Tampubolon. 2009. Pengertian Membaca.  http:// mathedu.unila.blogspot.com diakses tanggal 13 Maret 2010
W.J.S.Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka





Tidak ada komentar:

Posting Komentar