I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu hal yang menandai profesionalisme guru adalah komitmennya untuk selalu memperbaharui dan meningkatkan kemampuannya dalam suatu proses bertindak dan berefleksi. Sebagai seorang guru profesional, guru harus punya pengetahuan dan persediaan strategi – strategi pembelajaran. Guru yang baik harus mau mengembangkan strategi dan teknik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehari – hari. Tidak harus semua strategi yang diketahui harus diterapkan, guru harus memilih dan memodifikasi sendiri. Itu semua tergantung pada jenis mata pelajaran, keadaan siswa, serta tingkatan usia anak didik.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) saat ini mengakibatkan perubahan-perubahan di berbagai bidang kehidupan. Mulyasa (2008 : 9) mengemukakan bahwa pendidikan harus dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan permasalahan-permasalahan perkembangan ipteks. Realita proses pembelajaran di kelas tradisional, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Proses pembelajaran di dalam kelas didominasi oleh kegiatan yang hanya mengarahkan siswa untuk menghafal informasi saja, otak siswa dipaksa mengingat dan menimbun berbagai informasi. Siswa tidak dituntut untuk memahami dan menghubungkan informasi yang diingatnya itu dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan tersebut kurang mendorong siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir.
Saat ini pembelajaran yang dilakukan masih belum bermakna.
Sebagaimana diungkapkan Abdurrahman (2007: 100) bahwa selama mengikuti
pembelajaran di sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan nilai yang
berorientasi pada pembentukan watak dan kepribadian. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang bermakna dan juga mengakibatkan siswa kurang termotivasi yang ditunjukkan dengan sikap bosan mengikuti proses pembelajaran (Martin, et al., 2005: 6).
Sebagaimana diungkapkan Abdurrahman (2007: 100) bahwa selama mengikuti
pembelajaran di sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan nilai yang
berorientasi pada pembentukan watak dan kepribadian. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran kurang bermakna dan juga mengakibatkan siswa kurang termotivasi yang ditunjukkan dengan sikap bosan mengikuti proses pembelajaran (Martin, et al., 2005: 6).
Oleh karena itu, perlu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa dan dapat memberikan makna bagi siswa untuk dapat menjadi manusia seutuhnya. Pembelajaran dengan outbond memungkinkan siswa mengalami langsung konsep yang dipelajari serta mengembangkan penalaran logis dan mengajarkan siswa menguasai nilai-nilai spiritual, emosional dan intelektual secara optimal. Itu dikarenakan materi pembelajarannya dirangkum menjadi kegiatan yang dekat dengan pengalaman siswa dalam kesehariannya sehingga menjadi bermakna bagi kehidupan. Ini bisa diimplementasikan dalam berbagai macam materi pelajaran, namun yang akan dibahas disini adalah Sains / IPA/
B. PERMASALAHAN
Berikut ini akan diuraikan berbagai permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini :
1. Apa yang dimaksud metode meaningful learning ?
2. Mengapa menggunakan outbond sains dalam mewujudkan meaningful learning ?
3. Bagaimana cara menggunakan metode tersebur?
4. Apa keuntungan dan kelemahan menggunakan metode tersebut ?
5. Bagaimana contoh implementasi dalam pembelajarannya ?
II. PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Inovatif
Inovasi pendidikan (education innovation) adalah pembaharuan pendidikan
secara parsial berskala sekolah atau kelas, dengan objek pembaharuan mengenai salah satu komponen pendidikan (Sukardjo & Das Salirawati, 2008).
secara parsial berskala sekolah atau kelas, dengan objek pembaharuan mengenai salah satu komponen pendidikan (Sukardjo & Das Salirawati, 2008).
Santyasa (2005 : 5) menambahkan bahwa pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered, artinya pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya.
Menurut Marsaja (2007) keunggulan pembelajaran inovatif adalah:
a. Kualitas hasil belajar yang dicapai menjadi lebih tinggi;
b. Lingkup hasil belajar menjadi lebih komprehensif;
c. Pembelajaran inovatif tidak saja menekankan pada hasil belajar kognitif, tetapi juga hasil belajar proses dan sikap.
Pembelajaran inovatif memiliki keragaman model pembelajaran, metode - metode tersebut diantaranya sebagai berikut :
a. Berbagi informasi (information sharing) dengan cara: curah gagasan
(brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion), diskusi panel (panel discussion), simposium, dan seminar
(brainstorming), kooperatif, kolaboratif, diskusi kelompok (group discussion), diskusi panel (panel discussion), simposium, dan seminar
b. Pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based learning) dengan cara: studi kasus, tutorial, dan lokakarya.
c. Belajar dari pengalaman (experience based) dengan cara: simulasi, bermain peran (role play), permainan (game), dan kelompok temu;
Salah satu metode alternatif yang saat ini sedang digemari dan diyakini lebih berhasil dari kegiatan ceramah adalah pendidikan luar ruang (outbound education), yang sarat dengan permainan yang menantang, mengandung nilai-nilai pendidikan, dan mendekatkan siswa dengan alam.
B. Meaningful Learning
Menurut Abdurrahman (2007: 74) proses pembelajaran meliputi keseluruhan unsur baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Apabila proses pembelajaran tidak berjalan secara simultan maka akan terjadi split personality (diri yang terpisah) pada setiap siswa. Ini tantangan bagi para guru untuk mengupayakan bagaimana melakukan pembelajaran yang menitikberatkan pada proses penyempurnaan manusia atau memanusiakan manusia (to be human) dan mengartikan hidup (enoble life).
Apa itu Meaningful Learning ?
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar ,1988 :142) juga menyatakan bahwa agar belajar bermakna terjadi dengan baik dibutuhkan beberapa syarat, yaitu : (1). Meteri yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, (2). Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna.
Menurut Bartlet pembelajaran lebih bermakna adalah proses pembelajaran
yang membangun makna (input), kemudian prosesnya melalui struktur kognitif sehingga akan berkesan lama dalam ingatan/memori (terjadi rekonstruksi). Sementara itu, menurut John Dewey, pembelajaran sejati adalah lebih berdasar pada penjelajahan yang terbimbing dengan pendampingan daripada sekedar transmisi pengetahuan.
yang membangun makna (input), kemudian prosesnya melalui struktur kognitif sehingga akan berkesan lama dalam ingatan/memori (terjadi rekonstruksi). Sementara itu, menurut John Dewey, pembelajaran sejati adalah lebih berdasar pada penjelajahan yang terbimbing dengan pendampingan daripada sekedar transmisi pengetahuan.
Dikatakan lebih lanjut oleh Ausubel (Dahar ,1989 :141) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu : (a) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, (b) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip, (c) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.
C. Outbond Sains
Dimana dan siapa pelaksananya ?
Alam kaya akan pengetahuan. Hal yang tidak dapat siswa pelajari di dalam
ruangan, dapat siswa dapatkan di luar ruangan. Guru hendaknya dapat mengajak siswa untuk melakukan observasi di lapangan misalnya mengamati, menyentuh atau meraba dan menganalisa. Tak hanya itu, guru juga memaparkan pada siswa masing-masing fungsinya dan bentuknya yang beragam sehingga siswa belajar mengenal apa yang
ada di alam melalui semua inderanya.
ruangan, dapat siswa dapatkan di luar ruangan. Guru hendaknya dapat mengajak siswa untuk melakukan observasi di lapangan misalnya mengamati, menyentuh atau meraba dan menganalisa. Tak hanya itu, guru juga memaparkan pada siswa masing-masing fungsinya dan bentuknya yang beragam sehingga siswa belajar mengenal apa yang
ada di alam melalui semua inderanya.
Pembelajaran sains dengan memanfaatkan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti: menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa siswa ke lingkungan, seperti survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya.
Mengapa menggunakan metode ini ?
Outbond adalah suatu program pembelajaran di alam terbuka yang
berdasarkan pada prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman
langsung) yang disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media penyampaian materi. Artinya siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing) siswa akan segera mendapat umpan balik tentang dampak dari kegiatan yang dilakukan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan diri dimasa mendatang.
berdasarkan pada prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman
langsung) yang disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi dan petualangan sebagai media penyampaian materi. Artinya siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan. Dengan langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing) siswa akan segera mendapat umpan balik tentang dampak dari kegiatan yang dilakukan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan diri dimasa mendatang.
Proses belajar dari pengalaman (experiental learning) dengan menggunakan seluruh panca indera (global learning) yang nampaknya rumit, memiliki kekuatan karena situasinya “memaksa” siswa memberikan respon spontan yang melibatkan fisik, emosi, dan kecerdasan sehingga secara langsung mereka dapat lebih memahami diri sendiri dan orang lain.
Outbond juga dikenal dengan sebutan media outbond activities. Dengan konsep interaksi antar siswa dan alam melalui kegiatan simulasi di alam terbuka. Hal tersebut diyakini dapat memberikan suasana yang kondusif untuk membentuk sikap, cara berfikir serta persepsi yang kreatif dan positif dari setiap siswa guna membentuk jiwa kepemimpinan, kebersamaan / teamwork, keterbukaan, toleransi dan kepekaan yang mendalam, yang pada harapannya akan mampu memberikan semangat, inisiatif, dan pola pemberdayaan baru dalam suatu sekolah.
Melalui simulasi outdoor activities ini, siswa juga akan mampu
mengembangkan potensi diri, baik secara individu (personal development) maupun dalam kelompok (team development) dengan melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi, kepemimpinan, manajemen resiko, dan pengambilan keputusan serta inisiatif.
mengembangkan potensi diri, baik secara individu (personal development) maupun dalam kelompok (team development) dengan melakukan interaksi dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi, kepemimpinan, manajemen resiko, dan pengambilan keputusan serta inisiatif.
Apa tujuan menggunakan metode ini ?
Adapun tujuan outbond menurut Adrianus dan Yufiarti adalah untuk:
a. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa.
b. Berekspresi sesuai dengan caranya sendiri yang masih dapat diterima
lingkungan dan membangun kualitas hidup siswa yang berkarakter.
lingkungan dan membangun kualitas hidup siswa yang berkarakter.
c. Mengetahui dan memahami perasaan, pendapat orang lain dan memahami
perbedaan.
perbedaan.
d. Membangkitkan semangat dan motivasi untuk terus terlibat dalam
kegiatan-kegiatan.
kegiatan-kegiatan.
e. Lebih mandiri, bertindak sesuai dengan keinginan, lebih empati dan sensitif dengan perasaan orang lain.
f. Mampu berkomunikasi dengan baik, mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif.
g. Memberikan pemahaman terhadap sesuatu tentang pentingnya karakter
yang baik.
yang baik.
h. Menanamkan nilai-nilai yang positif sehingga terbentuk karakter siswa
melalui berbagai contoh nyata dalam pengalaman hidup.
melalui berbagai contoh nyata dalam pengalaman hidup.
i. Menerapkan dan memberi contoh karakter yang baik kepada lingkungan.
Kegiatan outbond sains merupakan kegiatan belajar sambil bermain atau
sebaliknya. Menurut Vygotsky (Tedjasaputra, 2001: 10) bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kongnisi seorang anak dan berperan penting dalam perkembangan sosial dan emosi anak. Menurut Heterington dan Parke (Moeslichatoen, 1999: 34), bermain juga berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak.
Dworetzky (Moeslichatoen, 1999: 34) mengemukakan bahwa fungsi bermain dan interaksi dalam permainan mempunyai peran penting bagi perkembangan kognitif dan sosial siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa manfaat bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, perkembangan moral, kreativitas, dan perkembangan fisik siswa. Outbond sains akan menyajikan pembelajaran aktif dan menyenangkan sehingga siswa tidak cepat jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran.
Apa keuntungan dan kelemahan menggunakan metode ini ?
Terdapat keuntungan keuntungan pembelajaran dengan menggunakan outbond sains antara lain yaitu :
a. Membuat proses pembelajaran berpusat pada siswa yang menjadikan proses belajar menyangkut semua aspek yang memungkinkan siswa berkembang sebagai individu yang dapat berfungsi secara menyeluruh.
b. Memungkinkan siswa membentuk self concept sehingga siswa dapat mengenal dirinya sendiri lebih baik, yaitu mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya.
c. Melatih siswa untuk mengkonstruk konsep dari pengalaman-pengalamannya yang menyenangkan
d. Mengembangkan bakat-bakat siswa dan mencegah siswa belajar hanya pada tingkat verbal saja.
e. Belajar secara bermain memberi waktu kepada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Adapun kelemahan dari pembelajaran dengan outbond sains yaitu ;
a. Waktu yang digunakan relatif lama.
b. Membutuhkan peralatan dan sumber belajar yang beragam.
c. Tenaga yang dibutuhkan lebih banyak.
d. Ide permainan dan memberi makna pada tiap konsep memerlukan kreativitas dan perhatian yang lebih dari guru.
Bagaimana prosedur pelaksanaannya ?
Prosedur mempersiapkan pembelajaran dengan outbond sains siswa
(experiental learning) menurut Oemar Hamalik (2003: 47)adalah sebagai berikut:
(experiental learning) menurut Oemar Hamalik (2003: 47)adalah sebagai berikut:
a. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan untuk memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif hasil.
b. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan memotivasi.
c. Siswa dapat bekerja secara individual, tetapi lebih sering bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil.
kelompok-kelompok kecil.
d. Para siswa ditempatkan dalam situasi-situasi pemecahan masalah yang nyata.
e. Para siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman membuat keputusan sendiri dan memikul konsekuensi atas keputusan-keputusan tersebut.
Menurut Gordon dan Browne (Moeslichatoen, 1999: 57-58) terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dan peralatan outbond sains yaitu antara lain:
a. Memilih bahan untuk kegiatan bermain yang mengundang perhatian semua siswa, yakni bahan-bahan yang dapat memuaskan kebutuhan, menarik minat, dan menyentuh perasaan mereka.
b. Memilih bahan yang multi guna yang dapat memenuhi bemacam tujuan
pengembangan seluruh aspek perkembangan siswa.
pengembangan seluruh aspek perkembangan siswa.
c. Memilih bahan yang dapat memperluas kesempatan siswa untuk
menggunakannya dengan bermacam cara.
menggunakannya dengan bermacam cara.
d. Memilih bahan yang mencerminkan karakteristik tingkat usia siswa.
e. Memilih bahan sesuai dengan filsafat dan napas kurikulum yang dianut.
f. Memilih bahan yang mencerminkan kualitas rancangan dan keterampilan kerja serta bahan yang mudah dirawat dan diperbaiki.
g. Memilih bahan dan peralatan yang tahan lama, dapat dipergunakan secara fleksibel dan serba guna.
h. Memilih bahan yang mencerminkan peningkatan budaya kelompok.
i. Memilih bahan yang tidak membedakan jenis kelamin dan meniru niru.
Bagaimana caranya ?
Pembelajaran dengan outbond ini guru dapat menginternalisasikan dimensi spiritual ke dalam kegiatan belajar siswa, agar apa yang siswa pelajari dapat mendekatkan siswa kepada Allah Swt (Sang Pencipta).
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan pembelajaran ini
adalah :
adalah :
a. Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai. Kegiatan outbond ini dapat divariasi sendiri oleh guru.
b. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outbond ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau di luar jam pelajaran.
c. Menentukan rute perjalanan Outbond ini dapat dilakukan satu kelas bersama-sama dengan system kompetisi dan dapat juga dilakukan dengan giliran kelompok/rooling.
d. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan di tiap pos.
a) Jika menggunakan sistem kompetisi: semakin banyak kelompok yang
dibentuk maka peralatannya semakin banyak.
dibentuk maka peralatannya semakin banyak.
b) Jika menggunakan sistem roling peralatan yang dibutuhkan sedikit.
e. Menentukan dan mempersiapkan petugas pos Jika dalam bentuk rolling maka diperlukan lebih banyak penjaga pos daripada dengan sistem kompetisi.
Tiap penjaga pos dipersiapkan untuk dapat mengisi pos yang dipegangnya. Untuk menyamakan persepsi tema yang akan diajarkan maka perlu diadakan briefing. Setelah semua persiapan selesai maka tahap selanjutnya pelaksanaan kegiatan outbond.
1) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
2) Guru menjelaskan tentang benda dan sifatnya.
3) Guru menjelaskan aturan permainan Outbond.
Bagaimana contoh pelaksanaan outbond sains dalam pembelajaran ?
Berikut merupakan contoh implementasi pembelajaran inovatif dengan
memanfaatkan outbond sains dalam rangka meningkatkan meaningful learning.
POS I Ã Roket Balon : Bahan dan alat: balon dengan soal tantangan
selotip benang kasur yang terjulur hingga garis finish sedotan
Cara bermain:
memanfaatkan outbond sains dalam rangka meningkatkan meaningful learning.
POS I Ã Roket Balon : Bahan dan alat: balon dengan soal tantangan
selotip benang kasur yang terjulur hingga garis finish sedotan
Cara bermain:
a) Di garis start telah tersedia balon dengan soal tantangan, selotip, benang kasur yang terjulur hingga garis finish, dan sedotan. Gunakanlah alat alat ini dengan baik.
b) Bantuan awal: Sedotan dimasukkan ke dalam benang kasur.
c) Diskusikan cara agar balon dan soal dapat diterima oleh teman kalian di seberang (jarak 2-3 meter).
d) Setelah balon diterima, kerjakanlah soal dan serahkan 10 menit kemudian kepada petugas pos.
e) Kerjakan dengan baik semoga kalian termasuk orang-orang yang beruntung.
Kunci: Balon bisa terbang lho.... Lembar pertanyaan yang diletakkan ke dalam balon:
Kunci: Balon bisa terbang lho.... Lembar pertanyaan yang diletakkan ke dalam balon:
a) Benda apa yang kalian tiupkan ke dalam balon hingga balon menggelembung?
b) Menurut kalian, bagaimanakah bentuk benda tersebut di dalam balon?
Apakah bentuknya berubah jika udara dimasukkan ke dalam plastik?
c) Dapatkah kalian merasakan udara yang ada di sekitarmu?
d) Dapatkah kalian melihatnya dan dapatkah kalian memegangnya?
e) Apa yang kalian rasakan ketika melepas balon? Dan mengapa balon
yang dilepas dapat berlari dengan kencang?
Apakah bentuknya berubah jika udara dimasukkan ke dalam plastik?
c) Dapatkah kalian merasakan udara yang ada di sekitarmu?
d) Dapatkah kalian melihatnya dan dapatkah kalian memegangnya?
e) Apa yang kalian rasakan ketika melepas balon? Dan mengapa balon
yang dilepas dapat berlari dengan kencang?
f) Sebutkan sifat-sifat benda gas dalam permainan ini?
g) Sebutkan manfaat benda gas dalam kehidupan sehari-hari!
Setelah kegiatan outbond, guru bersama siswa membahas kembali apa
yang telah dilaksanakan dengan metode diskusi, akan diperoleh pendapat yang berbeda dan bervariasi antar siswa. Guru bertugas memfasilitasi dalam menyisipkan makna (misal pesan moral, sikap dan kerjasama). Semakin banyak udara dalam balon, tekanan besar maka larinya semakin cepat artinya dalam kehidupan ini kita harus mengisi kehidupan kita (seperti balon) dengan menambah wawasan, akhlak yang baik, dan keterampilan, selain itu harus memupuk semangat, motivasi dan kemauan yang besar agar dapat berlari dengan cepat untuk mencapai cita-cita. Meskipun udara yang kita berikan pada ban sedikit, tekanan pada ban menjadi keras dan dapat digunakan kendaraan untuk mengangkut 50 orang atau lebih. (jangan menganggap hal yang sepele, karena hal yang sepele kadang adalah sesuatu yang besar pengaruhnya bagi kehidupan).
yang telah dilaksanakan dengan metode diskusi, akan diperoleh pendapat yang berbeda dan bervariasi antar siswa. Guru bertugas memfasilitasi dalam menyisipkan makna (misal pesan moral, sikap dan kerjasama). Semakin banyak udara dalam balon, tekanan besar maka larinya semakin cepat artinya dalam kehidupan ini kita harus mengisi kehidupan kita (seperti balon) dengan menambah wawasan, akhlak yang baik, dan keterampilan, selain itu harus memupuk semangat, motivasi dan kemauan yang besar agar dapat berlari dengan cepat untuk mencapai cita-cita. Meskipun udara yang kita berikan pada ban sedikit, tekanan pada ban menjadi keras dan dapat digunakan kendaraan untuk mengangkut 50 orang atau lebih. (jangan menganggap hal yang sepele, karena hal yang sepele kadang adalah sesuatu yang besar pengaruhnya bagi kehidupan).
Bayarkah kita untuk menghirup udara disekitar kita? Hitunglah berapa banyak tabung gas yang kita perlukan untuk bernafas hingga hari ini? Siapakah yang menciptakan udara? Dan berikanlah tanggapan pada siswa bahwa: kita dapat bebas bernafas, menghirup udara sebebasbebasnya dimanapun kita berada, diberi nikmat kesehatan sehingga dapat bernafas dengan baik Gratis dan jika kita harus bernafas dengan tabung gas maka berapa uang yang akan dikeluarkan hingga kita hidup sampai hari ini. Ini adalah karunia Allah swt. Bersyukurlah atas segala nikmatNya.
III. PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa outbond merupakan salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir, keterampilan sosial, life skill, kemampuan spiritual dan sikap siswa Prinsip “experiential learning“ (belajar melalui pengalaman langsung) pada kegiatan outdoor ini, siswa akan mampu mengembangkan potensi diri, baik secara individu (Personal Development) maupun dalam kelompok (Team Development). Melalui outbond, siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan yang dilakukan.dan langsung berinteraksi dengan alam untuk mengenal Allah swt (Sang Pencipta) dan mencintai lingkungan tempat hidupnya. Banyak orang yang mengetahui bahwa teknik tersebut dapat mengembangkan potensi siswa dan memberikan lingkungan belajar yang kreatif dan menyenangkan, akan tetapi guru jarang memanfaatkan outbond dalam pembelajaran secara formal. Padahal jika outbond ini dilakukan maka akan diperoeh kemanfaatan yang luar biasa.
Guru jangan terlalu membatasi ruang gerak anak, bantu mereka memikirkan sesuatu atau gagasan original. Kembangkan tugas yang dapat merangsang kemauan belajar, berikan kesempatan untuk berfikir reflektif terhadap masalah yang dihadapi. Ciptakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan, libatkan peserta didik secara optimal, bantu mereka mengembangkan prinsip dan rasa percaya dirinya. Semua itu akan berjalan dengan lancar apabila ada kerja sama yang baik antara guru, peserta didik, orang tua dan lingkungannya. Namun, dengan adanya model pembelajaran yang inovatif ini diharapkan pembelajaran di sekolah menjadi lebih menyenangkan, sehingga pembelajarannya menjadi optimal dan hasilnya maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://pendidikansains.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-inovatif-pemanfaatan.html diakses tanggal 31 Oktober 2009
Ø http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/teori-ausubel-tentang-belajar-bermakna.html diakses tanggal 5 nopember 2009
Ø http://blog.unila.ac.id/mewujudkan-meaningful-learning-pembelajaran-bermakna-melalui-pembelajaran-inovatif-pemanfaatan-lingkungan diakses tanggal 5 nopember 2009