Minggu, 27 Maret 2011

PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBANGUN MORAL DI SEKOLAH YANG MENERAPKAN MBS


PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan melalui pemberdayaan sekolah telah dilakukan sejak lama. Rendahnya mutu sekolah dipengaruhi berbagai factor, salah satunya adalah manajemen pendidikan. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, diantaranya dengan pemenuhan kebutuhan dan pelatihan serta peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun, semua hal itu tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kerja sama yang baik dengan lingkungan sekitar.
Pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik, tetapi lebih utamanya adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopam dalam tataran etika maupun estetika dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan saat ini lebih mengedepankan akademiknya dan mengesampingkan pendidikan moral yang membentuk karakter seseorang. Yang terjadi sekarang, banyak perilaku anak didik yang kurang bisa menempatkan diri dalam bersikap maupun bertutur kata. Lebih ironis lagi, mereka bahkan tidak mau menghormati orang tua, baik guru maupun sesama. Itu mengapa pendidikan karakter sekarang banyak digencarkan, tujuannya untuk memperbaiki bahkan menanggulangi merosotnya moral generasi muda sebagai penerus bangsa.

B.       Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis membatasi masalah dengan rumusan masalah sebagai berikut :
1.         Apa yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah ?
2.         Apa arti pentingnya membangun moral melalui pendidikan karakter ?
3.         Bagaimana pelaksanaan MBS dengan pendidikan karakter ?
PEMBAHASAN


A.       Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai model manajemen pendidikan memberikan otonomi yang besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas pada sekolah dan mendorong partisipasi secara langsung stakeholder untuk meningkatkan  sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional dan peraturan perundang-unangan yang berlaku (Depdikbud, 2007).
Dengan otonominya, sekolah mempunyai kewenangan lebih besar dalam mengelola sekolahnya sehingga lebih mandiri. Fleksibilitas membuat sekolah lebih lincah dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdayanya secara optimal, tidak lagi menunggu petunjuk dari atasan. Sedangkan dengan partisipasi, keterlibatan secara langsung dan aktif stakeholder dalam manajemen pendidikan. Semakin besar partisipasi, makin besar tanggung jawab, makin besar pula rasa memiliki. Peningkatan partisipasi stakeholder dalam penyelenggaraan sekolah akan menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. Dalam Dekdikbud (2007) alasan diterapkannya MBS diantaranya adalah :
1.     Sekolah lebih kreatif / inisiatif dalam meningkatkan mutu sekolah.
2.     Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya.
3.     Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan.
4.     Mempercepat transformasi proses belajar mengajar secara optimal.
5.     Memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian otonomi, fleksibilitas, dan partisipasi.
MBS memiliki karakteristik yang uraiannya berrdasarkan input, proses, dan output. Output pendidikan adalah prestasi sekolah. Output pendidikan diukur berdasarkan prestasi dalam hal prestasi akademik (Ujian Nasional. SPMB, ulangan umum), prestasi non akademik (kedisiplinan, kepramukaan, olahraga), turunnya angka mengulang dan putus sekolah. Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu (input) menjadi sesuatu yang lain (output). Sekolah yang efektif memiliki : (a) PBM yang efektivitasnya tinggi; (b) kepemimpinan yang kuat; (c) lingkungan sekolah yang aman dan tertib; (d) pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan yang efektif; (e) memiliki budaya mutu; (f) memiliki teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis; (g) memiliki kewenangan; (h) partisipasi stakeholder tinggi; (i) memiliki keterbukaan manajemen; (j) memiliki kemauan dan kemampuan untuk berubah; (k) melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan; (l) responsive dan antisipatif; (m) komunikasi yang baik; (n) memiliki akuntabilitas dan sustainbilitas (Depdikbud, 2007). Input pendidikan adalah sesuatu yang harus ada dan tersedia untuk berlangsungnya proses. Input merupakan prasyarat proses, input terbagi empat yaitu input SDM, input sumberdaya, input manajemen, dan input harapan.
 Hal yang penting dalam implementasi MBS adalah manajemen terhadap komponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya terdapat tujuh komponen MBS yang perlu dikelola dengan baik, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen pelayanan khusus lembaga pendidikan (Mulyasa, 2009). Dalam MBS perlu adanya koordinasi, komunikasi dan supervise. Koordinasi diperlukan untuk menyatukan kesamaan pandangan antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan dan tujuan sekolah, baik guru, kepala sekolah, personil sekolah, orang tua, maupun masyarakat. komunikasi yang baik antara berbagai personil harus dikembangkan untuk mencapai hasil seoptimal mungkin. Kurang komunikasi akan mengakibatkan kurangnya hasil yang dapat diwujudkan, bahkan sering gagal mencapai tujuan. Sedangkan supervise bertujuan  untuk membantu dan memberikan kemudahan kepada para guru untuk belajar bagaimana meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik.
Pelaksanaan MBS tidak terlepas dari monitoring dan evaluasi. Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, keberhasilan ME ditentukan oleh informasi yang cepat, tepat dan cukup untuk pengambilan keputusan. Monitoring (dalam Rokhmaniah,2008:37) adalah proses pemantauan untuk mendapatkan informasi pelaksanaan MBS. Sedangkan evaluasi ialah proses mendapatkan informasi tentang hasil MBS. Monitoring dan evaluasi memiliki tujuan yaitu mendapatkan informasi sebagai masukan dalam pengambilan keputusan dan member masukan (umpan balik) bagi perbaikan pelaksanaan MBS baik konteks, input, proses, output, maupun outcome.
Komponen MBS yang perlu di monitoring dan di evaluasi adalah :
a.      Konteks (eksternal sekolah) : berupa tuntutan (demand) dan dukungan (support) yang berpengaruh terhadap input sekolah. Evaluasinya dengan needs assessment.
b.     Input
c.      Proses
d.     Output (dampak pendidikan jangka pendek)
e.      Outcome (hasil MBS jangka panjang). Alat evaluasinya adalah cost-benefit analysis
Ada 2 jenis ME :
Ø Internal : ME yang dilakukan oleh sekolah, tujuannya untuk mengetahui tingkat kemajuan sekolah sehubungan dengan sasaran – sasaran sekolah. Pelaksanaan ME internal adalah warga sekolah.
Ø Eksternal : ME yang dilakukan pihak luar sekolah seperti Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota, Dinas Pendidikan Provinsi, Pengawas, atau gabungan dari mereka.
Hasil ME untuk system hadiah bagi sekolah, meningkatkan iklim kompetensi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas sekolah, memperbaiki system yang ada secara menyeluruh, dan membantu sekolah mengembangkan dirinya. Sekolah sebagai system tersusun dari komponen konteks, input, proses, output, dan outcome. Konteks berpengaruh pada input, input mempengaruhi proses, proses berpengaruh pada output, dan output berpengaruh pada outcome.
Yang menjadi faktor keberhasilan MBS diantaranya adalah sebagai berikut (dalam Depdiknas, 2007:59) :
1.     Adanya pemerataan pendidikan (berupa kesamaan kesempatan antara siswa – siswa desa-kota, kaya miskin, laki-perempuan, cacat-tidak cacat).
2.     Kualitas pendidikan (input, proses, output).
3.     Efektivitas dan efisiensi pendidikan (angka kenaikan kelas, angka kelulusan, angka putus sekolah).
4.     Tata pengelolaan sekolah yang baik ( melalui partisipasi, transparansi, tanggung jawab, akuntabilitas, wawasan ke depan, penegakan hukum, keadilan, demikrasi, prediktif, kepekaan, profesionalisme, efektivitas dan efisiensi, serta kepastian jaminan hukum).

B.       MEMBANGUN MORAL MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER
1.     Arti Penting Pendidikan Karakter untuk Membangun Moral
Pendidikan memiliki peran penting dalam berbagai sector pembangunan, karena pendidikan sebagai pelaku perubahan dan pembentukan pribadi serta alat untuk mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan itu lebih dari sekedar pengajaran, artinya proses suatu bangsa untuk membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu.
Pendidikan harus ditanamkan untuk menempa fisik, mental dan moral, agar mereka menjadi manusia yang berbudaya, menjadi warga Negara yang berarti dan bermanfaat. Pendidikan saat ini lebih mementingkan keberhasilan atau prestasi di di bidang akademik, penanaman moral, agama, social terkadang terlupakan bahkan dianggap tidak penting. Yang terjadi akhirnya banyak hal-hal negative dilakukan oleh para penerus bangsa ini. Dewasa ini, pendidikan yang diselenggarakan memang hanya untuk memenuhi kebutuhan kerja, mencari materi, bukan untuk penyempurnaan hidup.
 Apabila kita amati, pencapaian pendidikan nasional kita masih jauh dari harapan, apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Baik secara kuantitatif dan kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak kelemahan mendasar (Bambang Nurokhim, 2007). Bahkan pendidikan di Indonesia bukan hanya belum berhasil meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak kepribadian, bahkan bisa mengakibatkan degradasi moral. Perlu di sadari bahwa pembentukkan karakter atau kepribadian sangat penting, sangat mendesak dan mutlak atau tidak dapat ditawar lagi. Berbagai macam kejadian dan peristiwa akhir-akhir ini yang melanda bangsa membuat banyak kalangan berusaha untuk membuat konsep pendidikan untuk lebih memperhatikan pendidikan moral, antara lain dengan pendidikan karakter.
Karakter dalam permainan adalah tokoh fiksi yang dapat dimainkan oleh sang pemain. Karakter itu bersifat semi permanen di mana jika kita tidak menginginkannya, maka dengan mudah kita bisa menghapusnya. Sedangkan karakter sebagai sifat manusia, pada umumnya manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari factor kehidupannya sendiri (http://id.wikipedia.org). Sebagai contoh pemarah, ceria, sabar, pemaaf, dan banyak hal yang lainnya karena setiap manusia pasti mempunyai karakter yang berbeda-beda. Manusia sebagai makhluk individu dan social mempunyai karakter social yang kuat, berbeda dengan makhuk lain. Karakter tersebut digunakan untuk menunjukkan eksistensi dirinya.  
Pendidikan merupakan proses membantu generasi muda untuk menjadi manusia yang utuh dan penuh, menyangkut semua aspek kehidupan manusia seperti kognitif, afektif, social, moral, emosi, estetika, agama, kepribadian dan fisik (Paul Suparno, 2008). Semua aspek itu perlu dikembangkan melalui pendidikan karakter. Sebenarnya pendidikan dari dulu selalu menyertakan pendidikan karakter. Guru dalam mengajar juga menanamkan daya juang, mengajar siswa untuk menghargai orang lain, melatih kejujuran, kedisiplinan, dan lain-lain. Namun, akhir-akhir ini sekolah formal agaknya terlalu menekankan segi kognitif saja sehingga mengesampingkan pendidikan nilai.
Sekarang, pendidikan karakter semakin penting dan mendesak karena berbagai macam situasi yang melanda bangsa ini, seperti pengaruh globalisasi (konsumerisme,narkoba), merosonya moral (konflik antarsuku, agama, ras), pasar bebas, sempitnya lapangan kerja, kepekaan social berkurang dan individualisme. Pendidikan moral menjadi sangat penting dilaksanakan, walaupun dianggap di luar tujuan pendidikan saat kecerdasan merupakan ukuran keberhasilan seseorang. Kepintaran dan kecerdasan intelektual saja tidak cukup tanpa dilandasi nilai moral. Ketiadaan nilai moral itulah yang menyebabkan terjadinya berbagai kekacauan. Idealnya, pendidikan karakter diajarkan secara sinergis lewat semua pelajaran, melalui orang tua, media dan masyarakat. Tanpa adanya kerja sama dengan semua pihak maka akan sulit mendapatkan hasil yang memuaskan.

2.     Pelaksanaan dalam MBS
 Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah yang menerapkan MBS perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang baik dengan stakeholder.Orang tua sangat berperan dalam proses pendidikan karakter karena orang tua merupakan pendidik karakter yang pertama dan utama bagi siswa. Perlu adanya kerja sama yang baik antara sekolah dengan orang tua dalam hal penanaman nilai. Masyarakat juga pendidik yang penting, karena bila di sekolah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menanamkan pendidikan karakter tetapi masyarakat tidak mendukung maka itu tidak akan ada artinya.
Hubungan dengan orang tua dan masyarakat dapat dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ; (a) proses belajar mengajar : memberi bantuan dan kemudahan belajar kepada peserta didik; (b) bidang pengembangan bakat : pembinaan dan pengembangan bakat agar berkembang optimal; (c) bidang pendidikan mental : untuk menghadapi peserta didik dengan masalah kesulitan belajar karena kondisi yang kacau; (d) bidang kebudayaan : penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, penanaman cinta terhadap budaya dan produk dalam negeri. Misalnya dengan cara pengembangan / pembinaan bakat seni tari, music, rupa, kegiatan olahraga bersama, pelatihan keterampilan membuat kerajinan tertentu. Kegiatan-kegiatan itu dilakukan sebagai kegiatan pokok, pengisi waktu luang, dan pengisi waktu libur.
 Hubungan antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat dapat dijalin melalui dewan sekolah, melalui rapat BP3, melalui rapat bersama, konsultasi, radio, tv, surat, telepon, pameran sekolah (pameran hasil karya peserta didik, pementasan,dan mencari dana), serta melalui ceramah.
Pendidikan karakter di sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika,budi pekerti yang luhur, dan lain ssebagainya. Menumbuhsuburkan nilai-nilai yang baik dan mencegah berlakunya nilai yang buruk, serta menerapkan pendidikan berdasarkan karakter dengan menerapkan di setiap pelajaran yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter seperti pelajaran Agama, sejarah, PKn, dan tata karma.
  Berkembangnya pendidikan karakter akan mempengaruhi peningkatan pendidikan akademik maupun non akademik siswa. Dengan adanya pemberian kegiatan yang positif dan penanaman moral yang baik akan mempengaruhi hasil dan prestasi belajarnya. Sekolah yang menekankan disiplin, kerja keras, kejujuran, daya juang menjadikan lulusannya meningkat tinggi. Ada hambatan yang terjadi yang perlu di hadapi dalam penanaman pendidikan karakter. Hambatan utamanya adalah hal ini hanya berhenti pada teori, tidak sampai pada praktek dan kebiasaan hidup. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang baik di antara stakeholder untuk bisa terlaksananya pendidikan karakter untuk membangun watak dan moral generasi penerus bangsa yang baik.   
 

PENUTUP


Rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan penbentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya. Pemberian penghargaan kepada yang berprestasi dan hukuman bagi yang melanggar, menumbuhsuburkan nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah berlakunya nilai-nilai buruk. Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter dengan menerapkan ke dalam setiap pelajaran yang diberikan di sekolah.
 Lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap karakter dan watak seseorang, Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi keberhasilan penanaman nilai etika dan estetika untuk pembentukan karakter. Oleh karena itu, membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Semoga dengan adanya pendidikan karakter, moral generasi penerus bangsa menjadi lebih baik sehingga ke depannya bangsa kita menjadi lebih beradab, maju dan sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA




Bambang Nurokhim. 2007. Membangun Karakter dan Watak Bangsa Melalui Pendidikan Mutlak Diperlukan. Mabes TNI : Majalah Cakrawala

Depdiknas. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Rosda Karya

Paul Suparno. 2008. Pendidikan Karakter. Jakarta : Majalah Opini

Rokhmaniyah. 2008. Kompetensi Supervisi Manajerial. Direktorat Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional.

_______2009. Karakter. http://.id.wikipedia.org/wiki/Karakter diakses tanggal 15 Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar