Minggu, 27 Maret 2011

COOPERATIVE LEARNING ( TEORI DAN APLIKASI PAIKEM ) Penulis : AGUS SUPRIJONO


A.    ARTI BELAJAR
Menurut Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas secara alamiah. Reber mendefinisikan belajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan. Prinsip belajar antara lain belajar adalah  perubahan perilaku, belajar merupakan proses, serta bentuk pengalaman. Tujuan belajar secara eksplisit  diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional, bentuknya berupa kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Menurut Gagne, hasil belajar berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Sedangkan menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif antara lain pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, karakterisasi. Domain psikomotor mencakup katrampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual.
John Travers menggolongkan kegiatan belajar menjadi 6 tipe kegiatan yaitu keterampilan, pengetahuan, informasi, konsep, sikap, dan pemecahan masalah. Sedangkan Gagne mentipikasikan kegiatan belajar menjadi delapan, yaitu kegiatan mengenal tanda, kegiatan belajar tindak balas, kegiatan belajar melalui rangkaian, kegiatan belajar melalui asosiasi lisan, kegiatan belajar  dengan perbedaan berganda, kegiatan belajar konsep, kegiatan belajar prinsip-prinsip, dan kegiatan belajar pemecahan masalah.
Pengajaran adalah proses penyampaian. Perbuatan atau cara mengajarkan diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik, menyampaikan pengetahuan, dan peserta didik sebagai penerima. Pengajaran merupakan transplantasi pengetahuan. Sedangkan dalam perspektif pembelajaran, guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organic dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

B.     DUKUNGAN TEORI
Teori merupakan perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Teori tersusun secara kausalitas atas fakta, variable / konsep, dan proposisi. Fungsi teori dalam konteks belajar adalah memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar; memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran; mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar; mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang; dan mengkaji factor eksternal yang memfasilitasi proses belajar. Bruner mengkategorikan teori pembelajaran menjadi dua, preskriptif dan deskriptif. Teori belajar preskriptif berisi seperangkat preskripsi guna mengoptimalkan hasil belajar yang diinginkan, sedangkan deskriptif berisi deskripsi mengenai hasil belajar yang muncul sebagai akibat dari digunakannya metode tertentu.
Berikut ini adalah macam- macam teori belajar :
1.           Teori Perilaku
Teori perilaku berakar pada pemikiran behaviorisme. Dalam perspektifnya, pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas (respon). Teori ini menekankan arti penting hubungan pengalaman dengan perilaku.teori ini dibedakan menjadi pengkondisian klasik dan pengkondisian operan. Tokoh-tokohnya antara lain Ivan Petrovich Pavlov, JB Watson, dan Edwin Guthrie yang tergolong dalam pengkondisian klasik. Tokoh yang termasuk dalam pengkondisian operan adalah Edward Lee Thorndike dan Skinner. Menurut Ivan Petrovich Pavlov, dalam belajar yang terpenting adanya latihan dan pengulangan. JB Watson mengemukakan prinsip kekerapan dan kebaruan. Sedangkan Edwin Guthrie menggunakan konsep pembinaan dan perubahan kebiasaan.  Edward Lee Thorndike mengungkapkan belajar sebagai peristiwa terbentuknya asosiasi antara peristiwa (stimulus-respon). Skinner menganggap reinforcement (peneguhan) merupakan factor penting dalam belajar.
2.           Teori Belajar Kognitif
Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam setiap peristiwa belajar. Belajar menurut teori kognitif adalah perceptual, proses internal. Konsep-konsep terpenting dalam teori ini adalah adaptasi intelektual Jean Piaget, discovery learning Jerome Bruner, dan reception learning Ausubel. Selain itu ada teori belajar sosial dari Albert Bandura.
3.           Teori Konstruktivisme
Pengetahuan menurut konstruktivisme bersifat subjektif, bukan objektif. Belajar merupakan proses operatif, bukan figurative dan menekankan pada belajar autentik, bukan artificial. Selain itu juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses social atau kolaboratif dan kooperatif. Pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan social dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Tokohnya adalah Jean Piaget dan Vigotsky.

Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan figurative. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacan-macam situasi. Belajar operatif tidak hanya menekankan pada pengetahuan deklaratif, namun juga pengetahuan structural dan procedural. Selain itu juga menekankan pada belajar autentik, bukan artificial. Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata konstruktivisme juga memberikan kerangka pemikiran belajar sebagai proses social atau belajar kolaboratif dan kooperatif. Implikasi dalam pembelajarannya dapat digambarkan dengan urutan orientasi, elicitasi (menggali ide), restrukturisasi ide (klarifikasi ide, mengontraskan dengan ide lain, membangun ide baru, mengevaluasi), aplikasi ide, dan reviu. Peran penting guru adalah memberi dukungan dan bantuan serta motivasi bagi peserta didik. 

C.    MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide.
1.      Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching. Teori pendukungnya adalah behaviorisme dan teori belajar social. Modeling adalah pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modeling berarti mendemonstrasikan suatu prosedur kepada peserta didik. Ada tiga macam model, yaitu live model, symbolic model, dan verbal description model. Pembelajaran langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan procedural, pengetahuan deklaratif, serta berbagai katerampilan. Sintak pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :
a.    Fase 1 : Establising Set, menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.
b.   Fase 2 : Demonstrating, mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan.
c.    Fase 3 : Guided Practice, membimbing pelatihan.
d.   Fase 4 : Feed Back, mengecek pemahaman dan memberi umpan balik.
e.    Fase 5 : Extended Practice, memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
Model pembelajaran langsung dapat diterapkan pada mata pelajaran apapun, tetapi yang paling tepat adalah mata pelajaran yang berorientasi kerja (bahasa, matematika, kesenian, biologi, fisika, kimia, TIK, dan pendidikan jasmani) dan informasi (sejarah, sosiologi)

2.      Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pelaksanaan prosedur dengan benar memungkinkan guru mengelola kelas dengan efektif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada unsur yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi promotif, komunikasi antaranggota, dan pemrosesan kelompok. Sintak model pembelajaran kooperatif yaitu :
a.       Fase 1 : Present goals and set, menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.
b.      Fase 2 : Present information, menyajikan informasi.
c.       Fase 3 : Organize students into lerning teams, mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar.
d.      Fase 4 : Assist team work and study, membantu kerja tim dan belajar.
e.       Fase 5 : Test on the materials, mengevaluasi.
f.       Fase 6 : Provide recognition, memberikan pengakuan atau penghargaan.

3.      Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model ini dikembangkan berdasarkan konsep Jerome Bruner, discovery learning.  Proses akhir discovery learning adalah penemuan, sedangkan inquiry proses akhirnya terletak pada kepuasan kegiatan meneliti. Keduanya merupakan pembelajaran yang beraksentuasi pada masalah kontekstual dan menekankan aktivitas penyidikan. Proses belajar meliputi proses informasi, transformasi, dan evaluasi. Hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan, mengatasi masalah, mempelajari peran orang dewasa, pembelajar yang mandiri dan independen, dan katerampilan berfikir tingkat tinggi. Sintak pembelajaran berbasis masalah adalah :
a.       Fase 1 : memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik.
b.      Fase 2 : mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti.
c.       Fase 3 : membantu investigasi mandiri dan kelompok.
d.      Fase 4 : mengembangkan dan mampresentasikan artefak dan exhibit.
e.       Fase 5 : menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Fondasi utama pembelajaran aktif , inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah konstruktivisme. Pendekatan yang cocok untuk pembelajaran berbasis konstruktivisme adalah kontekstual. Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual juga dikenal dengan experiental learning, real world education, active learning, dan learned centered instruction. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah saling ketergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran autentik (mengutamakan pengalaman nyata), pembelajaran yang aktif, mengembangkan level tinggi, memusatkan pada proses dan hasil, dan pembelajaran distribusi.
Pembelajaran kontekstual diawali dengan pengaktifan pengetahuan yang sudah dimiliki, selanjutnya memperoleh pengetahuan baru dengan mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan detailnya. Integrasi pengetahuan baru dan penyesuaian pengetahuan awal terhadap pengetahuan baru merupakan tahap selanjutnya. Dengan merumuskan konsep sementara, melakukan sharing, dan perevisian serta pengembangan konsep, integrasi dan akomodasi menghasilkan pemahaman pengetahuan, kemudian mempraktikkan pengetahuan dalam berbagai konteks dan melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Ada 7 komponen pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik.
Metode - Metode Pembelajaran Kooperatif antara lain :
1.      Jigsaw
Langkah-langkahnya adalah guru menuliskan topic yang akan dipelajari, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok sesuai jumlah konsep, kelompok itu disebut kelompok asal (home teams). Guru membagi materi pada tiap kelompok, selanjutnya dibentuk kelompok ahli yang anggotanya perwakilan dari kelompok asal. Kelompok ahli berdiskusi, setelah selesai mereka kembali ke kelompok asal. Kelompok asal berdiskusi untuk membahas pengetahuan yang diperoleh di kelompok ahli. Hasilnya didiskusikan bersama satu kelas, guru memberikan review terhadap topic yang dipelajari.
2.      Think – Pair – Share
Langkahnya : guru mengajukan pertanyaan dan member kesempatan untuk memikirkan jawabannya, kemudian peserta didik berpasang-pasangan mendiskusikan jawabannya, hasil diskusi tiap pasangan dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
3.      Numbered Heads Together
Langkahnya : guru membagi kelas menjadi kelompok kecil sesuai jumlah konsep, tiap orang mendapat nomor. Guru mengajukan pertanyaan yang harus di jawab tiap kelompok, selanjutnya mereka mendiskusikan jawabannya. Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor sama untuk memberikan jawaban secara bergantian.
4.      Goup Investigation
Langkahnya : guru membagi kelompok, kemudian bersama peserta didik memilih topic dengan permasalahan yang dapat dikembangkan, dan menentukan metode penelitian. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang dirumuskan, kegiatannya dari mengumpulkan data, analisis, sintesis, hingga kesimpulan. Kemudian presentasi hasil kelompok dan evaluasi.
5.       Two Stay Two Stray
Langkahnya : guru membagi kelompok, kemudian memberikan permasalahan untuk di diskusikan. Setelah diskusi usai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain. Anggota yang lain mendapat tugas menerima tamu dan berkewajiban menyajikan hasil kerja kelompoknya. Setelah itu kembali ke kelompoknya dan membahas hasil kerja.
6.      Make a Match
Langkahnya : guru membagi kelas menjadi 3 kelompok, kelompok pertama membawa kartu berisi pertanyaan, kelompok kedua kartu jawaban, dan kelompok ketiga penilai. Atur seperti huruf U, usahakan kelompok pertama dan kedua berhadapan. Guru membunyikan peluit, keduanya bertemu untuk mencari pasangan yang cocok, pasangan yang terbentuk menunjukkan pada kelompok penilai.
7.      Listening Team
Langkahnya : guru memaparkan materi, kemudian membagi kelompok menjadi 4, kelompok satu sebagai penanya, kelompok kedua dan ketiga kelompok penjawab, dan kelompok empat mereview dan membuat kesimpulan.  Diakhiri dengan penyampaian kata kunci.
8.      Inside – Outside Circle
Langkahnya : kelas dibagi menjadi 2 kelompok besar, lingkaran dalam dan lingkaran luar. Kelompok lingkaran dalam berdiri melingkar menghadap keluar dan anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap kedalam. Jadi kedua kelompok saling berhadapan/berpasangan. Berikan tugas pada tiap pasangan, kelompok ini disebut kelompok pasangan asal. Setelah diskusi, lingkaran dalam dan luar bergerak berlawanan arah yang akhirnya terbentuk pasangan baru. Selanjutnya saling membagi informasi dengan pasangan baru. hasil diskusi dipaparkan. Pelajaran diakhiri dengan ulasan dan evaluasi dari guru.
9.      Bamboo Dancing
Langkahnya : : kelas dibagi menjadi 2 kelompok besar. Kedua kelompok saling berhadapan/berpasangan. Berikan tugas pada tiap pasangan, kelompok ini disebut kelompok pasangan awal. Setelah diskusi, kelompok bergeser mengikuti arah jarum jam yang akhirnya terbentuk pasangan baru. Selanjutnya saling membagi informasi dengan pasangan baru. Hasil diskusi dipresentasikan.
10.  Point – Counter – Point
Langkahnya : guru membagi kelompok, mengatur posisi mereka sehingga saling berhadapan. Tiap kelompok melakukan diskusi internal, dilanjutkan debat. Akhir kegiatan adalah evaluasi dari guru.
11.  The Power of Two
Langkahnya : guru mengajukan pertanyaan, setiap peserta didik menjawab pertanyaan yang diterima. Peserta didik mencari pasangan, selanjutnya setiap pasangan wajib menjelaskan jawaban masing-masing dan menyusun jawaban bersama. Jawaban ditulis kemudian dibandingkan dengan pasangan lain. Akhir pelajaran dibuat rumusan rangkuman sebagai jawaban pertanyaan.
12.  Listening Team
Langkahnya : membagi peserta didik menjadi empat tim dengan peran sebagai penanya, pendukung, penentang, dan penarik kesimpulan. Penyaji memaparkan hasilnya dan tiap kelompok menyelesaikan sesuai tugas dan perannya.

Selain metode diatas, ada juga metode – metode pendukung pengembangan pembelajaran kooperatif yaitu PQ4R, Guided Note Talking, Snowball Drilling, Concept Mapping, Giving Question and Getting Answer, Question Student Have, Talking Stick, Everyone is Teacher Here,  dan Tebak Pelajaran. Selanjutnya ada metode – metode pembelajaran aktif. Hakikatnya metode ini untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Metode-metode pembelajaran aktif itu antara lain Learning Starts With A Question, Plantet Question, Team Quiz, Modeling the Way, Silent Demonstration, Practice-Rehearsal Pairs, Reflektif, Bermain Jawaban, Group Resume, Index Card Match, Guided Teaching, The Learning Cell, Learning Contracts, Learning Journals, Examples Non Examples, Picture and Picture, Cooperative Script, Artikulasi, Snowball Throwing, Student Facilitator and Explaining, Course Review Horey, Demonstration, Explicit Instruction, Cooperative Integrated Reading and Composition, Tebak Kata, Concept Sentence, Complette Sentence, Time Token Arends 1998, dan Student Teams-Achievement Divisions.

D.    ASSESMEN KELAS
Assemen kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru melalui sejumlah bukti untuk membuat keputusan tentang pencapaian hasil belajar / kompetensi siswa. Difokuskan pada keberhasilan peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Assesmen kelas memiliki cirri-ciri belajar tuntas, otentik, berkesinambungan, berdasarkan acuan kriteria/patokan, dan menggunakan berbagai cara dan alat penilaian. Berbagai teknik dan bentuk penilaian yang digunakan dalam assessmen kelas adalah :
a.       Tes tertulis, yaitu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes ini meliputi pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, isian singkar, dan uraian.
b.      Observasi / pengamata adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indra secara langsung.
c.       Tes praktik / tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya. Tes ini dapat berupa tes keterampilan, identifikasi, simulasi, dan tes petik kerja.
d.      Penugasan adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu diluar kegiatan pembelajaran dikelas. Dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok, berupa pekerjaan rumah atau proyek.
Project work, merupakan bagian internal dari proses dari proses pembelajaran terstandar, bermuatan pedagogis, dan bermakna bagi peserta didik. Fungsinya memberi peluang untuk mengekspresikan kompetensi yang dikuasai secara utuh serta menghasilkan nilai penguasaan kompetensi yang dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki kelayakan untuk disertifikasi.
e.       Tes lisan, dilaksanakan melalui komunikasi langsung.tatap muka antara peserta didik dengan penguji. Tes ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman penskoran.
f.       Penilaian portofolio, kumpulan karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Dalam penilaian harus memperhatikan orisinal, kredibilitas, joint ownership, identitas yang tercantum berisi tentang keterangan yang menumbuhkan semangat, dan adanya kesesuaian antara informasi hasil belajar dengan pencapaian indicator dari setiap kompetensi dasar.
g.      Jurnal, merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik yang terkait dengan kinerja ataupun sikap yang dipaparkan secara deskriptif. Bentuk instrumennya buku catatan jurnal.
h.      Penilaian diri, merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya berkaitan dengan kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Teknik ini dapat mengukur aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Bentuk instrumennya lembar penilaian diri / kuesioner.
i.        Penilaian antarteman, merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal. Bentuk instrumennya lembar penilaian antarteman.

Prinsip assesmen kelas yaitu sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, dan akuntabel. Assesmen kelas bertujuan untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam menguasai kompetensi yang ditargetkan. Assement kelas berfungsi untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar untuk menentukan pencapaian kompetensi peserta didik dan dasar penyelenggaraan program remidi. Selain itu juga berfungsi untuk menempatkan peserta didik sesuai potensi dan karakteristiknya, mengetahui penguasaan kemampuan prasyarat kegiatan pembelajaran dan dasar penentuan nilai yang dilaporkan kepada orang tua / wali dalam bentuk rapor.

E.     MOTIVASI
Dalam pembelajaran operatif, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Menurut Fyan dan Maehr, prestasi belajar dipengaruhi oleh tiga factor yaitu latar belakang keluarga, kondisi/konteks sekolah, dan motivasi. Menurut McClelland, motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% tehadap prestasi belajar. Motivasi belajar hakikatnya adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.
Motivasi memiliki fungsi yaitu mendorong peserta didik untuk berbuat, menentukan arah kegiatan pembelajaran kea rah tujuan belajar yang hendak dicapai, dan menyeleksi kegiatan pembelajaran. Dalam perspektif behavioral, imbalan atau hukuman eksternal merupakan kunci menentukan motivasi. Perspektif humanistis mengarahkan motivasi pada kapasitas peserta didik untuk mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih nasib mereka. Menurut perspektif kognitif, pemikiran akan memandu motivasi. Perspektif social menekankan upaya pemotivasian dengan kebutuhan afiliasi atau keterhubungan dengan orang lain secara aman.
Afiliasi di kelas dapat dilakukan dengan cara meluangkan waktu untuk berbicara dengan peserta didik, bersikap penuh perhatian, mengelola kelas secara efektif, menciptakan pusat pembelajaran, dan membentuk kelompok minat. Strategi memotivasi dapat dikembangkan berdasarkan model ARCS. Terdiri dari attention (perhatian), relevance (relevansi), confidance (kepercayaan), satisfaction (kepuasan).
Membantu peserta didik memberi perhatian atau atensi dapat dilakukan dengan mengajak peserta didik memberi perhatian dan meminimalkan gangguan, menggunakan isyarat atau petunjuk sesuatu yang penting, membantu membuat isyarat atau petunjuk sendiri, menggunakan komentar instruksional, membuat pelajaran menjadi menarik, menggunakan media dan teknologi secara efektif, fokus pada pembelajaran aktif untuk membuat proses belajar menyenangkan; tidak membebani dengan banyak informasi, dan memperhatikan perbedaan individual dalam kemampuan atensi.
Untuk menunjukkan relavansi pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan apa yang dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi, menjelaskan manfaat pengetahuan / keterampilan yang dipelajari dan bagaimana penerapan dalam pekerjaan nantinya, serta berikan contoh, latihan, atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi / profesi tertentu.
Strategi memotivasi kepercayaan antara lain dengan meningkatkan rasa percaya diri, menggunakan kesesuaian optimal; menyusun materi ke dalam bagian yang lebih kecil; menumbuhkembangkan kepercayaan diri peserta didik, dan memberikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran. Cara yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan kepuasan belajar adalah menggunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informative, memberikan kesempatan untuk segera mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajari, meminta peserta didik untuk membantu temannya yang belum berhasil, dan membandingkan prestasi peserta didik dengan prestasinya di masa lalu.  

( Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar )

1 komentar: